Karet Naik, Petani Sumringah


 Yaredi Laoli

LIPUTANKINI.COM-Harga karet di Kepulauan Nias, Sumatera Utara sejak sepekan terakhir tembus Rp10.000 per kilogram yang membuat para petani sumringah dan bergairah menyadap.


"Harga getah sudah dua minggu ini mencapai Rp10.000 perkilogram. Maunya harga naik lagi. Soalnya hampir tiga tahun harga karet sangat murah dan sekarang naik, mudah mudahan naik terus," kata BL alias Ama Mita, petani karet asal Desa Tuhegeo II, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Sabtu (20/3/2021).


Dikatakannya, meskipun harganya saat ini belum menembus angka tertinggi seperti sekitar 2000-an yang sempat mencapai Rp25.000/kg, namun petani karet di Nias sudah gembira dengan adanya kenaikan harga tersebut.


Selain harga naik, hasil produksi getah karet saat ini juga mulai normal karena didukung faktor cuaca yang tidak lagi ekstrim. "Saat musim kemarau hasil produksi berkurang sekitar 30 persen dari biasanya, "ungkapnya.


Hal senada dikatakan, petani karet lainnya asal Kecamatan Gido. Dia menyebutkan, naiknya harga jual getah Rp10.000 perkilogram di tingkat agen pengepul tersebut sangat membantu petani memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Kondisi tersebut, lanjut dia, membuat para petani yang sebelumnya beralih menanam tanaman lain karena harga jual anjok, kini kembali semangat menyadap getah karet lagi.


"Saat harga anjlok di angka Rp 6.000/Kg, tidak sedikit petani termasuk saya sendiri beralih menanam tanaman lain seperti jagung. Namun, kini kembali semangat lagi menyadap getah karet," ujarnya.


Kepala Desa Tuhegeo II, Yaredi Laoli  mengharapkan kepada penampung supaya dilakukan penyortiran di lapangan.  Kualitas getah jangan sampai rusak. "Jika ditemukan ada sampah, maka hal itu juga berdampak pada hasil produksi dan nilai jual menurun, karena yang dibutuhkan itu adalah betul-betul getah, " ujarnya.


Yaredi Laoli menghimbau agar ada saling kerjasama, baik penampung dan penjual supaya sama sama mendapat untung. (Yamoni)



Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama