Aroma tak Sedap Bisa Hilang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Datanglah ke Padang Panjang

 Sampah di TPAS Padang Panjang. (kominfo)



PADANG PANJANG-Aroma busuk dari dampak penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) bisa dikurangi. Kalau tak percaya datanglah ke Padang Panjang. 


Kota Padang Panjang miliki TPAS di Sungai Andok. TPAS kini tak lagi berbau. Bau tak sedap yang kerap kali menusuk hidung warga yang melintas, baik di kawasan tersebut maupun sekitarnya, sekarang sudah tak lagi tercium.

Hal ini berkat penelitian yang dilakukan Ridho Fermana Kusuma, warga Kelurahan Tanah Hitam, Kecamatan Padang Panjang Barat. Ia telah melakukan riset dan penelitian bersama Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) selama kurun waktu tiga tahun dan diujicobakan pada November tahun lalu.

Ridho menceritakan teknik pengurangan bau sampah yang didapatkan setelah melakukan penelitian selama tiga tahun tersebut. Ia menamakan teknik penggunungan. Dulu, sampah yang dibawa dump truck atau truk sampah ke TPAS, langsung ditumpuk-tumpuk.  Sekarang teknik itu diubah dengan cara digunung-gunungkan.

“Dulu sampah yang ditumpuk itu akan padat dan menghasilkan gas NH3, H2S (hidrogen sulfida) serta gas Metana yang menimbulkan bau tidak sedap. Setelah dengan teknik penggunungan ini, sampah yang telah digunungkan tersebut akan lebih banyak dapat menyerap oksigen sehingga menghasilkan gas CO2 dan H2O. Hal inilah yang dapat mengurangi bau yang tidak sedap dari TPAS,” ujar Ridho, Rabu (4/1/2022).

Ridho mengungkapkan, dari teknik penggunungan sampah ini, banyak sekali dampak positif dan manfaat yang didapat. Baik dari segi waktu, lingkungan maupun efisiensi dalam bekerja. Salah satunya, alat berat yang bekerja dapat lebih mudah dalam memindahkan sampah. Populasi lalat dapat dikendalikan dengan sudah adanya hewan seperti burung yang beterbangan untuk bermain dan mencari makan di TPSA.

“Banyak sekali manfaat yang kita dapat dengan teknik penggunungan ini. Salah satunya, dari segi lingkungan jadi lebih terjaga. Dulu burung saja tidak mau terbang di atas tumpukan sampah ini. Sekarang sudah bermain dan mencari makan ke sini. Seperti burung Balam, Walet, Sriti, Pipit dan lainnya. Hal ini juga dapat menekan perkembangbiakan lalat di TPSA, dan dapat mempercepat sampah organik untuk menjadi kompos,” ungkapnya.

Sebelum adanya metode penggunungan sampah ini, bau tidak sedap yang dihasilkan sampah yang menumpuk di TPAS bisa tercium hingga radius 2 km dari lokasi. Apalagi ditambah dengan cuaca Padang Panjang yang sering hujan dan cenderung lembab pada sore hari menjelang masuknya waktu Magrib, ini juga menambah bau busuk yang dihasilkan dari TPSA.

“Dulu baunya sampah di TPSA ini sudah sampai ke Kelurahan Silaing Bawah, Kampung Manggis dan Silaing Atas dengan radius 2 km dari lokasi. Alhamdulillah setelah kita terapkan teknik penggunungan ini, selama kurang lebih dua bulan tidak ada lagi bau busuk yang keluar,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkim LH, Alvi Sena, M.T menyambut baik dan mengapresiasi atas penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat mengurangi bau sampah yang muncul dari TPAS. 

“Ini sangat baik sekali, khususnya untuk lingkungan di sekitar TPAS. Kalau dulu kita keluar dari sini bau itu bisa menempel ke baju dan harus diganti sampai di rumah. Sekarang untuk menghirup udara saja sudah lepas, sudah tidak terlalu bau lagi sampahnya. Kalaupun ada bau, itu palingan sampah yang baru datang,” sebutnya.

Ke depan Alvi Sena berharap TPAS ini dapat menjadi salah satu eduwisata di Padang Panjang. Pihaknya juga berencana untuk menjadikan TPAS sebagai salah satu pusat pengolahan pupuk kompos terbesar khususnya di Sumatera Barat bahkan tidak tertutup kemungkinan di Indonesia.

“Di sini kita juga memiliki tempat pengolahan pupuk kompos yang berpusat di TPAS. Ini bisa menjadi salah satu eduwisata di Kota Padang Panjang dengan tempat pengolahan kompos terbesar. Sehingga nanti orang-orang bisa belajar cara membuat kompos di sini. Bisa juga jadi tempat untuk pembuatan eco enzym bahkan pelatihan untuk mengembangbiakan maggot. Kita juga sedang berusaha untuk plastik yang tidak bisa diolah, bisa menjadi nilai jual. Kami juga tengah meneliti apa saja yang bisa dihasilkan dari sampah ini,” tutupnya. (KOMINFO)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama