Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawahlunto. |
SAWAHLUNTO-Kota yang dahulu dikenal sebagai pusat pelayanan kesehatan di Sumatera bagian tengah, kini menghadapi krisis serius dalam sektor kesehatan.
RSUD Sawahlunto, rumah sakit tertua peninggalan kolonial Belanda yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Sawahlunto, kini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Dulu, orang dari berbagai daerah datang ke Sawahlunto untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik.
Namun kini, ironi yang menyakitkan, warga Sawahlunto terpaksa pergi berobat ke luar kota, seperti ke Solok, karena fasilitas yang tidak memadai dan kurangnya obat-obatan penting.
Calon Wakil Wali Kota Sawahlunto, Haji Jeffry Hibatullah dalam salah satu kampanyenya, menyoroti masalah ini dengan tajam.
“Dulu, Sawahlunto menjadi rujukan bagi orang dari luar daerah. Sekarang, justru masyarakat kita yang terpaksa dirujuk keluar kota,” ungkap Jeffry.
RSUD Sawahlunto dalam Keadaan Darurat
Hasil investigasi liputankini.com di RSUD, ditemukan kenyataan yang sangat mengejutkan. Pasien di RSUD Sawahlunto banyak yang hanya datang untuk mengambil surat rujukan.
Kondisi lebih memprihatinkan terjadi ketika salah satu pasien mengungkapkan, bahkan obat dasar seperti paracetamol tidak tersedia di rumah sakit.
Keluhan datang bertubi-tubi dari para pasien dan staf medis. Beberapa alat medis dalam kondisi tidak layak pakai lagi, dan lebih parahnya, menurut pengakuan pegawai rumah sakit, alat-alat tersebut harus dihemat penggunaannya karena keterbatasan dana untuk membeli yang baru.
“Rumah sakit tak lagi punya uang untuk membeli peralatan medis yang layak,” kata salah satu pegawai yang enggan disebut namanya.
Lebih mengejutkan, kondisi fisik rumah sakit juga memperihatinkan. Burung layang-layang bersarang di dalam gedung, dan jaring laba-laba terlihat di beberapa sudut. Beberapa pasien mengeluhkan penerangan dan suplai air yang sering bermasalah saat mereka dirawat.
Pelayanan dari sebagian pegawai juga dianggap kurang memuaskan, ditambah lagi dengan seringnya dokter spesialis tidak berada di tempat.
Krisis Kesejahteraan Pegawai: Akar Masalah yang Lebih Dalam
Haji Jeffry, yang berpasangan dengan Riyanda Putra sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sawahlunto nomor urut 1, tidak menyalahkan para pegawai sepenuhnya.
Menurutnya, persoalan ini juga disebabkan kondisi kesejahteraan pegawai yang jauh dari layak. "Tunjangan pegawai yang sering telat dan tidak sesuai menjadi sumber masalah besar, tidak hanya di rumah sakit, tetapi di banyak dinas lain di Sawahlunto," jelas Jeffry.
Banyak pegawai yang mengeluhkan tunjangan mereka yang baru dibayarkan setelah berbulan-bulan, itu pun tidak penuh. Kondisi ini membuat banyak pegawai terlilit hutang, baik melalui pinjaman online maupun rentenir.
Situasi ini memperburuk roda perekonomian Sawahlunto, karena pegawai yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi justru tercekik hutang, mengakibatkan daya beli mereka menurun drastis.
Pasangan Riyanda-Jeffry tawarkan solusi konkret
Di tengah keprihatinan ini, Riyanda Jeffry, tidak hanya mengkritik keadaan, tetapi juga telah menyiapkan solusi nyata untuk mengatasi masalah ini.
Mereka berkomitmen untuk melakukan perubahan besar di RSUD Sawahlunto dengan mendatangkan dokter-dokter spesialis yang dibutuhkan agar masyarakat tidak lagi harus dirujuk ke luar kota.
Selain itu, Riyanda dan Jeffry berencana melakukan upgrade menyeluruh terhadap alat-alat medis di RSUD Sawahlunto. Mereka memahami bahwa fasilitas kesehatan yang memadai adalah kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.
“Kami akan memastikan RSUD Sawahlunto kembali menjadi kebanggaan masyarakat. Peralatan medis akan di-upgrade, dokter-dokter spesialis akan didatangkan, dan pelayanan akan ditingkatkan,” tegas Jeffry dalam salah satu kampanyenya.
Refleksi Krisis: Dampak Lebih Luas pada Kota
Dampak dari kondisi ini sangat jelas terlihat di sektor ekonomi Sawahlunto. Pasar-pasar menjadi sepi karena para pegawai, yang seharusnya menjadi penopang ekonomi, tidak memiliki cukup uang untuk berbelanja. Ini adalah lingkaran setan yang harus segera diatasi. “Bagaimana mereka bisa bekerja maksimal jika jerih payah mereka tidak dihargai dengan layak?” tambah Jeffry.
Dengan fakta-fakta di lapangan yang sinkron dengan pernyataan Jeffry Hibatullah, krisis di RSUD Sawahlunto dan kesejahteraan pegawai menjadi gambaran nyata dari kondisi Sawahlunto saat ini. Jeffry mengingatkan bahwa diperlukan upaya besar untuk memperbaiki masalah ini, bukan hanya dari sisi fasilitas rumah sakit, tetapi juga dalam meningkatkan kesejahteraan pegawai sebagai bagian dari solusi jangka panjang untuk memulihkan kejayaan Sawahlunto.
Pemerintahan yang kerja cepat dan komitmen kuat dari pasangan Riyanda-Jeffry diharapkan dapat menjadi jawaban atas krisis yang melanda kota ini, demi masa depan Sawahlunto yang lebih baik.(iz)