SOLOK SELATAN-Pendidikan tentang gizi dan makanan sehat seharusnya dimulai sejak usia dini, termasuk pada anak-anak sekolah dasar.
Sejalan dengan itu, seorang mahasiswi dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas melaksanakan kegiatan sosialisasi bertema pengenalan produk hasil peternakan dan bahaya mengonsumsi produk Olahan Secara Berlebihan bagi Kesehatan kepada siswa kelas 5 SDN 04 Sungai Gadiang.
Sekolah ini terletak di Nagari Sungai Kunyit Barat, Kabupaten Solok Selatan. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya mendukung edukasi gizi yang lebih luas, sekaligus menjadi salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh kalangan akademisi.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa mengenai jenis-jenis produk peternakan yang umum dikonsumsi sehari-hari, manfaat gizinya, serta potensi bahaya dari makanan olahan yang terlalu sering dikonsumsi.
Mahasiswi tersebut menyampaikan materi dengan cara yang sederhana, menarik, dan mudah dipahami oleh anak-anak seusia mereka. Hal ini penting karena anak usia sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan yang sangat membutuhkan asupan makanan sehat dan seimbang.
Produk hasil peternakan adalah semua makanan dan barang yang berasal dari hewan ternak. Produk yang umum dikonsumsi antara lain daging, telur, dan susu. Daging dapat berasal dari sapi, ayam, kambing, atau kerbau.
Telur biasanya berasal dari ayam, bebek, atau puyuh. Sedangkan susu dihasilkan dari sapi, kambing, dan kerbau. Produk-produk ini sangat penting bagi tumbuh kembang anak karena mengandung protein hewani, zat besi, vitamin B12 dan kalsium.
Protein membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh, zat besi penting untuk mencegah anemia, vitamin B12 berperan dalam perkembangan sistem saraf, dan kalsium dibutuhkan untuk membentuk tulang dan gigi yang kuat.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, produk peternakan tersebut sering kali tidak dikonsumsi dalam bentuk segar, melainkan telah melalui proses pengolahan. Misalnya, daging diolah menjadi sosis, bakso, nugget, kornet, atau dendeng.
Telur juga bisa diolah menjadi berbagai makanan seperti telur asin, telur pindang, atau bahan campuran dalam kue dan roti. Produk susu dapat dijumpai dalam bentuk susu kental manis, keju, yogurt, dan lainnya. Produk olahan ini memang terasa lebih enak, praktis, dan mudah disajikan, sehingga sangat disukai oleh anak-anak. Namun, tidak semua tahu bahwa konsumsi makanan olahan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Produk olahan cenderung mengandung bahan tambahan seperti garam, gula, pengawet, pewarna, dan penyedap rasa buatan dalam jumlah tinggi. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Garam berlebih dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Gula yang terlalu banyak menyebabkan obesitas dan berpotensi memicu diabetes, bahkan sejak usia muda. Lemak jenuh dalam produk olahan juga dapat meningkatkan kadar kolesterol yang berdampak pada kesehatan jantung.
Selain itu, pengawet dan pewarna sintetis seperti Rhodamin-B atau Methanyl Yellow yang kadang ditemukan dalam jajanan tidak sehat bisa menyebabkan kerusakan hati dan ginjal dalam jangka panjang.
Mahasiswi Fakultas Peternakan Universitas Andalas tersebut juga menjelaskan tentang bahaya penggunaan penyedap rasa seperti monosodium glutamat (MSG).
Meskipun MSG aman dalam jumlah kecil, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan gangguan seperti sakit kepala, mual, hingga memengaruhi kerja sistem saraf jika dikonsumsi terus-menerus.
Lebih parah lagi, anak-anak yang terlalu sering mengonsumsi makanan instan dan produk olahan cenderung tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Mereka mungkin kekurangan sayuran, buah-buahan, atau makanan segar yang penting untuk mendukung perkembangan otak dan daya tahan tubuh.
Agar sosialisasi berjalan menarik, kegiatan ini dirancang dengan metode interaktif dan edukatif. Mahasiswi tersebut menggunakan gambar, video edukasi, dan tanya jawab ringan untuk menarik perhatian siswa. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah membandingkan makanan sehat dan tidak sehat yang biasa dijumpai di kantin sekolah.
Siswa diajak berdiskusi tentang makanan yang sering mereka konsumsi, seperti mie instan, jajanan berwarna mencolok, minuman manis, serta olahan daging seperti sosis dan nugget. Dengan cara tersebut, siswa dapat mengenali sendiri mana makanan yang baik dan mana yang sebaiknya dikurangi.
Dalam kesempatan itu, siswa juga diperkenalkan dengan konsep “pola makan gizi seimbang”. Artinya, dalam setiap porsi makan, perlu ada unsur karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan cukup air putih. Mahasiswi juga menekankan pentingnya sarapan, makan sayur setiap hari, serta mengurangi konsumsi makanan siap saji dan minuman kemasan.
Susu sebagai sumber kalsium tetap dianjurkan, namun perlu dipilih yang rendah gula. Ia juga menekankan pentingnya membawa bekal sehat dari rumah, dibanding membeli jajanan yang belum tentu higienis dan bergizi.
Dalam sesi penutup, siswa diajak untuk menyampaikan kembali terkait materi yang telah disampaikan. Siswa yang mengangkat tangan diminta untuk menjelaskan ilmu yang didapatkan dari sosialisasi dan semua siswa diminta untuk menuliskan resume.
Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih mengingat pesan-pesan penting dari sosialisasi tersebut. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Mahasiswi pelaksana kegiatan ini menyampaikan bahwa sosialisasi ini adalah bagian dari program pengabdian yang ia lakukan sebagai mahasiswa peternakan.
Ia berharap anak-anak di daerah, khususnya di Solok Selatan, bisa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya makanan sehat. Ia juga mengajak guru dan orang tua untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan seimbang, misalnya dengan menyediakan jajanan sehat di sekolah, serta memberi contoh pola konsumsi sehat di rumah.
Kesimpulannya, sosialisasi pengenalan produk hasil peternakan dan bahaya mengonsumsi produk olahan secara berlebihan merupakan langkah penting dalam membentuk pola makan sehat sejak usia dini.
Produk peternakan seperti daging, susu, dan telur sangat baik untuk pertumbuhan anak, asalkan dikonsumsi dalam bentuk segar dan tidak berlebihan dalam bentuk olahan.
Produk olahan memang praktis dan lezat, tetapi jika dikonsumsi terus-menerus, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Dengan adanya kegiatan ini, siswa kelas 5 SDN 04 Sungai Gadiang diharapkan bisa lebih bijak dalam memilih makanan, sehingga tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. (Khairatulnisa Irhad mahasiswa Peternakan Universitas Andalas)
