SAWAHLUNTO– Kota Sawahlunto kembali menggema dengan lantunan musik etnik dalam Sawahlunto International Music Festival (SIMFes) 2025, yang tahun ini tampil lebih kuat sebagai ajang edukasi musik, pengungkit ekonomi kreatif, sekaligus pelestarian sejarah musik lokal.
Festival yang digelar di kota warisan dunia ini berkolaborasi dengan Manajemen Talenta Nasional (MTN) dan menghadirkan sinergi bersama pelaku UMKM Festival Batik Sumatera Barat.
“SIMFes kini bukan sekadar panggung hiburan, tetapi ruang belajar dan interaksi budaya yang mengenalkan kembali sejarah musik etnik Minangkabau kepada generasi muda,” ujar Wakil Wali Kota Sawahlunto Jeffry Hibatullah, Sabtu (8/11).
Inovasi Festival: Seni, Edukasi, dan Ekonomi
Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto turut hadir menyaksikan langsung perhelatan tersebut. Menurutnya, SIMFes menghadirkan tiga nilai utama yang patut diapresiasi: edukasi musik yang terstruktur, tumbuhnya ekonomi kreatif lokal, serta pemberdayaan potensi seni masyarakat sebagai kekuatan budaya.
“Perlu diapresiasi bagaimana Sawahlunto berinovasi menyelenggarakan festival musik yang tidak hanya bernilai seni, tetapi juga menghidupkan aspek edukasi dan ekonomi kreatif,” kata Yovie.
Sebagai bentuk penghargaan, Kementerian Pariwisata RI menyerahkan Piagam Kharisma Event Nusantara (KEN) kepada penyelenggara SIMFes dan komunitas Sawahlunto Youth Movement (SYM) atas kontribusi mereka dalam pengembangan seni pertunjukan.
Tribute untuk Orkes Gumarang
Mengusung tema “Tribute to Orkes Gumarang,” festival tahun ini menghadirkan kolaborasi lintas generasi. Grup musik seperti Nonaria dan Geisha tampil membawakan aransemen spesial dari album legendaris Orkes Gumarang, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah musik Minangkabau yang pernah berjaya di era 1950-an.
Kolaborasi dengan MTN juga menghadirkan kelas sejarah musik, dialog kreatif, dan sesi pengajaran langsung bersama para pakar dan praktisi, menegaskan nilai edukatif yang menjadi jiwa utama SIMFes 2025.
Dampak Ekonomi Kreatif dan Batik Lokal
Tak hanya menggaungkan musik, SIMFes juga menghidupkan denyut ekonomi kreatif. Ratusan pelaku UMKM kuliner dan busana ikut serta melalui sinergi dengan Festival Batik Sumatera Barat, yang membuka ruang promosi dan transaksi batik lokal khas Sawahlunto.
Selama dua hari pelaksanaan, penyelenggara mencatat ribuan pengunjung yang memadati area festival, memberikan dampak positif pada sektor homestay, transportasi, kuliner, hingga kerajinan tangan.
Warisan Dunia, Ruang Tumbuh Ekonomi Baru
“SIMFes bukan hanya agenda hiburan masyarakat, melainkan platform kolaboratif untuk membangun literasi budaya, peluang usaha, dan regenerasi ekosistem musik tradisi,” tegas Jeffry.
Relevansi penyelenggaraan SIMFes sejalan dengan program prioritas pemerintah pusat dalam memperkuat ekonomi kreatif dan diversifikasi destinasi budaya. Sawahlunto, sebagai kota tambang bersejarah yang diakui UNESCO, kini menegaskan dirinya sebagai salah satu simpul pertumbuhan industri kreatif berbasis sejarah di Indonesia. (IZ)
