PADANG LARING-Warga Padang Laring, Kecamatan IV Koto Aur Malintang Utara, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat kini menghadapi krisis air bersih terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah Pamsimas yang menjadi sumber air utama dihantam galodo di kawasan hulu Padang Laring Timur, aliran air terputus total dan sulit untuk dipulihkan.
Pamsimas yang berada di dataran tinggi itu sebelumnya menjadi tumpuan ratusan kepala keluarga (KK) untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Selama bertahun-tahun, jaringan pipa dari sumber mata air itu mengalirkan air yang digunakan warga untuk memasak, mencuci, mandi, hingga kebutuhan lainnya.
Namun sejak musibah galodo melanda beberapa hari lalu, aliran air benar-benar mati total. Tidak satu tetes pun sampai ke rumah warga. Ratusan KK terpaksa kembali ke cara tradisional, yakni menjemput air langsung dari sumber alam yang letaknya jauh dari permukiman.
Setiap hari, warga harus berjalan puluhan menit sambil memikul jeriken, ember, atau galon menuju mata air di lereng-lereng bukit. Kondisi ini menguras tenaga, terutama bagi warga lanjut usia, perempuan, dan anak-anak yang turut membantu mengumpulkan air untuk kebutuhan keluarga.
Kondisi semakin berat dialami keluarga yang tidak memiliki bak penampung air hujan. Saat musim hujan, mereka biasanya mengandalkan air tampungan, namun kini tanpa fasilitas itu, satu-satunya pilihan adalah menjemput air jauh ke Batubalamin atau Sungai Ipuh, yang sebenarnya sudah lama ditinggalkan masyarakat sebagai sumber air bersih.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada Pansimas Padang Laring Timur. Dua jalur air lain—Banda Baru dan Banda Usang—yang biasa mengalirkan air untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) serta irigasi sawah juga ikut hancur. Polongan dan pipa air terputus, bahkan sebagian jatuh ke jurang sedalam puluhan meter setelah diterjang longsor.
Akibatnya, lahan pertanian warga terancam puso. Tanpa aliran air dari Banda Baru dan Banda Usang, petani tidak dapat mengairi sawah. Jika kondisi berlanjut, tanaman padi dipastikan akan mati sebelum masa panen tiba, dan kerugian ekonomi tak terelakkan.
Walinagari IV Koto Aur Malintang Utara, Amri Besman, menyatakan bahwa seluruh jaringan air yang bersumber dari Pamsimas, Banda Baru, dan Banda Usang kini tidak berfungsi lagi. Kerusakannya total, mulai dari hulu hingga pipa distribusi yang sebelumnya menyalurkan air ke pemukiman.
“Pamsimas dan Banda Baru serta Banda Usang putus total dihantam longsor saat musibah besar kemarin. Kini airnya mati total, tidak ada sedikit pun yang mengalir,” tegas Amri, Jumat (5/12/2025)
Ia menyebutkan, warga sebenarnya telah berusaha memperbaiki kerusakan tersebut secara gotong royong. Namun medan yang curam dan pipa yang jatuh ke lembah membuat upaya itu mustahil dilakukan hanya dengan tenaga masyarakat.
“Kerusakan ini tidak bisa lagi diperbaiki secara manual. Kami butuh bantuan pemerintah Kabupaten Padang Pariaman. Harus ada alat berat dan tenaga teknis yang khusus untuk membangun ulang jalur yang hancur,” ujarnya.
Di tengah kondisi sulit ini, warga Padang Laring mulai merasa kewalahan. Selain kesulitan mendapatkan air untuk memasak dan mandi, mereka juga mengalami masalah sanitasi. Banyak keluarga hanya mengandalkan air seadanya dari sungai yang sebenarnya tidak lagi layak untuk konsumsi.
Warga berharap pemerintah daerah, termasuk DPRD Padang Pariaman, dapat segera turun tangan. Krisis air ini bukan hanya mengganggu kehidupan sehari-hari, tetapi juga mengancam keberlangsungan aktivitas ekonomi, terutama pertanian yang menjadi mata pencaharian utama warga.
“Jika tidak segera ada solusi, kami akan terus mengalami kekeringan massal. Semua jalur air sudah putus. Kami benar-benar tidak punya pilihan lain,” ujar seorang warga dengan nada cemas.
Kondisi semakin memprihatinkan ketika rumah ibadah seperti masjid dan mushalla juga terdampak kekeringan. Tempat wudu kini tidak lagi mengalirkan air, sementara kegiatan ibadah terganggu karena jamaah kesulitan berwudu dan menjaga kebersihan fasilitas.
“Di masjid dan mushalla sudah mulai tercium bau tidak sedap karena tidak ada air untuk kebersihan. Situasi benar-benar sulit bagi warga Padang Laring,” ujar pengurus Masjid Darun Nasihin.
Masyarakat berharap pemerintah Padang Pariaman segera turun tangan dengan langkah konkret. Tanpa intervensi cepat, warga akan terus bergantung pada sumber air jauh yang tidak memadai, sementara kebutuhan air bersih untuk ibadah, sanitasi, dan kehidupan sehari-hari semakin mendesak. (*)
