17 Orang di Jawa Tengah Meninggal Akibat Demam Berdarah


SEMARANG, MJ News - Sebanyak 1.227 penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat rumah sakit di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah selama periode Januari hingga Maret 2020. Dari jumlah itu, 17 orang penderita DBD stadium akut meninggal. Mayoritas penderita meninggal usia produktif.

"Tertinggi angka kematian Cilacap, Semarang dan Banyumas dengan jumlah korban 2 orang. Sedangkan kota lainnya masing-masing satu penderita meninggal di beberapa daerah seperti Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Karanganyar, Rembang, Pati, Jepara, Temanggung, Batang, Tegal, Brebes," kata Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo, Selasa (11/3/2020).

Dia mengungkapkan keterlambatan pasien DBD mendapat pengobatan membuat kondisi trombosit menurun drastis hingga alami kebocoran plasma.

"Penderita DBD menyasar usia 1 tahun hingga usia dewasa 16 tahun. Kurangnya respons gejalanya, seharusnya ketika demam harus diperiksakan langsung," ujarnya.

Yulianto mengakui terjadinya peningkatan penderita DBD sepanjang Januari-Maret 2020.

"Trennya penularan DBD biasanya terjadi pada Januari sampai Maret tiap tahunnya karena musim paling produktif bagi nyamuk aedes aegypti paling tinggi," ungkapnya seperti ditulis merdeka.com.

Kepala Bidang Pencegahan dan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jateng, Tatik Muharyati mengaku terus berupaya melakukan sosialisasi gerakan satu remaja satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk menekan jumlah penderita DBD.

"Kita terjun ke kabupaten kota dengan melakukan gerakan strategi jumatik dengan membersihkan kotoran yang tergenang di bak kamar mandi," ungkapnya.

Terkait penyakit DBD sendiri tidak mungkin bisa jika hilang di Jateng, yang terpenting menekan angka penderita agar tidak menelan korban meninggal.

"Selama ada nyamuk, masih ada penderita, pasti tidak akan hilang. Cuma ditekan saja, bagaimana tata kelola kasusnya ditekan agar tidak menimbulkan kematian," tutup Tatik Muharyati. (*)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama