Bersama Menuju Eliminasi TBC dan Melawan Covid-19


Oleh: Deri Rizal
(Koordinator Program SR TB ‘Aisyiyah)

TBC di Dunia
Saat ini menurut data WHO tahun 2018 terdapat 10 juta penderita penyakit TBC di seluruh dunia, dengan 1,1 juta di antaranya adalah anak, dengan total kematian sebesar 1,5 juta. Sementara itu, 251 ribu orang yang meninggal karena TB adalah orang dengan HIV. Pada orang dengan HIV, TBC adalah penyebab kematian tertinggi. Penderita TB Kebal Obat di dunia berjumlah 484 ribu orang.

Pada September 2018 diadakan pertemuan tingkat tinggi di Markas Besar PBB di New York yang menghasilkan kesepakatan, salah satunya adalah komitmen bersama untuk mengeliminasi TBC pada 2030. Target eliminasi TBC ini masuk sebagai salah satu poin Sustainable Development Goals (SDGs) target 3 terkait kesehatan dan kesejahteraan. Hal ini juga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membuat strategi eliminasi TBC dengan milestone di 2035 untuk mengurangi kasus kematian akibat TB sampai 90% dan mengurangi 80% angka insiden TBC dibandingkan dengan angka di 2015.

Komitmen lain mendeklarasikan upaya untuk memberikan pengobatan kepada 40 juta penderita TBC sampai 2022 di seluruh dunia dan memberikan pengobatan kepada 3.5 juta anak yang menderita TBC.

Tantangan Covid-19

Di saat bersamaan, saat ini dunia juga tengah meng hadapi tantangan yang tak kalah mengkhawatirkan, yaitu pandemi virus corona atau Covid-19. Hingga 23 Maret 2020, COVID-19 telah menginfeksi 381.491 orang dari seluruh dunia, dengan angka kematian 16.553 dan kesembuhan 102.423 (https://www.worl dometers.info/coronavirus, 23 Maret 2020).

Indonesia sendiri saat ini memasuki fase tahap permulaan Covid-19. Artinya diperkirakan puncak penularan akan terjadi di akhir April, bahkan ada juga prediksi yang menyebutkan puncak Covid-19 akan terjadi hingga Juni 2020. Hingga 23 Maret 2020, jumlah positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 579 kasus, sementara yang meninggal berjumlah 49 orang dan sembuh 30 orang. Hampir mirip dengan TBC, Covid-19 ini juga menyerang organ paru dan dengan gejala yang ditujukan juga mirip.

Profil TBC di Indonesia

Kasus TBC di Indonesia juga tak kalah mencengangkan. Indonesia saat ini berdasarkan data tahun 2018 (WHO, 2019) ada sekitar 845 ribu orang menderita TBC dengan 569,879 kasus sudah ternotifikasi sementara sisanya 33% masih belum terlaporkan. Ini berarti ada sekitar 316 kasus TBC per 100,000 penduduk di Indonesia. Pada 2017, setiap jam ada 13 orang meninggal atau sekitar 300 orang per hari karena TBC. Namun, pada tahun 2018 di Indonesia sudah mulai terjadi penurunan jumlah kematian akibat TB, dari 107.000 menjadi 98000 (Kemenkes, 2018).

TBC juga menyerang sekitar 60.686 anak (atau 11% dari yang ternotifikasi); 37% (sekitar 211 ribu) menyerang perempuan dan 52% (297 ribu) menyerang laki-laki. Sehingga dari sisi gender, laki-laki memiliki kecenderungan terjangkit lebih banyak dari pada perempuan. Untuk pencegahan TBC pada anak, saat ini, baru 10% (dengan rentang 9.3-11%) dari anak yang tinggal bersama pasien yang terkonfirmasi TBC yang mendapatkan obat pencegahan TBC (Terapi INH).

TBC Kebal Obat

Selain isu TBC pada anak dan TBC dengan HIV, permasalahan TBC juga kompleks ketika banyak penderita TBC putus berobat dan bahkan menjadi kebal terhadap obat anti-TBC. Hal ini biasanya terjadi karena pengobatan yang lama dan memberikan efek samping yang sangat bervariasi dari ringan hingga berat, sehingga tak jarang pasien menghentikan sendiri pengobatannya ketika merasa sedikit lebih baik atau merasakan efek samping.

Saat ini, jumlah orang dengan TBC kebal obat di dunia berjumlah sekitar 0.5 juta orang pasien (484 ribu orang) dimana 78% nya adalah kebal obat TBC kebal obat jenis Rifampicin Resistant-TB/RR atau Multi Drug Resistant-TB/MDR. Perkiraan angka TBC Kebal Obat di Indonesia mencapai 24 ribu orang atau sekitar 2.4% (rentang antara 1.88-3.3%) dari total perkiraan insiden TBC di tahun 2018. Ini berarti ada sekitar 8.8 orang per 100,000 penduduk yang menderita TBC Kebal Obat (RR/MDR). Dari angka ini, yang terlaporkan di Kementerian Kesehatan tahun 2018 mencapai 9077 orang dan yang mengikuti pengobatan sebesar 4470 orang (49%). Angka kesembuhan dari TBC Kebal Obat RR/MDR TB adalah 48% (1905 pasien) dari total pasien yang memulai pengobatan lini kedua tahun 2016.

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia dan Covid-19 

Setiap tahunnya, Indonesia memperingati tanggal 24 Maret sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia (HT BS) untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada dampak TBC yang juga berpengaruh pada sosial dan ekonomi penduduk, juga untuk memperkuat upaya untuk mengakhiri TBC di dunia.

Tanggal 24 Maret ditandai sebagai Hari TBC Sedunia karena bertepatan dengan ditemukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis oleh Dr Robert Koch pada tahun 1882, sebagai langkah awal terbukanya upaya pencegahan dan pengobatan penyakit ini.

Dengan melihat situasi dan kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia, Kemenkes yang sebelumnya menetapkan tema peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2020 adalah “Saatnya Anak Indonesia Bebas TBC, untuk Indonesia Unggul” diubah menjadi “Bersama Menuju Eliminasi TBC dan Melawan Covid-19”. Hal ini menunjukkan semua pihak, termasuk penggerak, lembaga dan aktivis TBC harus ikut mengambil bagian dalam upaya melawan TBC sekaligus pandemi global, COVID 19.

Menyesuaikan dengan situasi COVID-19, dalam HTBS 2020, PR TB Care ‘Aisyiyah terus mengajak dan mendorong masyarakat agar senantiasa peduli serta memberikan kontribusi dalam upaya penanggulangan TBC di komunitas. Secara konsisten ‘Aisyiyah akan terus melakukan edukasi, kampanye, penemuan kasus, hingga pendampingan pasien TBC di masyarakat dengan tetap menghindari risiko penularan COVID-19.

Selain itu, ‘Aisyiyah sebagai lembaga sosial kemasyarakatan keagamaan perempuan di bawah Muhammadiyah yang yang telah memasuki abad kedua, tetap konsisten berkomitmen untuk selalu mendukung program pendidikan dan kesehatan masyarakat.‘

Aisyiyah dengan segenap sumber daya yang dimiliki turut mengambil peran dalam upaya melawan COVID-19. Kepada masyarakat umum, pihak swasta, mitra program, pemangku kepentingan dan media massa, dalam momentum Peringatan HTBS 2020, ‘Aisyiyah yang menjalankan program TBC berbasis komunitas sejak 2003, bersama para kader mengajak semua pihak agar terus dapat terlibat aktif dan mengambil peran dalam upaya penanggulangan TBC dan mereduksi stigma di masyarakat serta berupaya memutus rantai penularan COVID-19 dengan melalui ikhtiar semaksimal mungkin.

Secara khusus terkait Covid-19, ‘Aisyiyah menyerukan agar semua pihak untuk mematuhi imbauan pemerintah untuk bersama-sama memutus rantai penularan Covid-19 melalui “social distancing”, tetap di rumah sesuai waktu yang ditetapkan pemerintah. Menjaga pola hidup bersih sehat, tetap berolahraga, makan menu seimbang serta rajin cuci tangan.

Untuk orang dalam pengawasan dan perawatan Covid-19 agar selalu mengikuti prosedur resmi yang ditetapkan Pemerintah. Kepada para pasien TBC, terutama TBC Kebal Obat (RR/ MDR), ‘Aisyiyah mengimbau selalu berikhtiar untuk kesembuhan dengan terus berdoa agar selalu dalam lindungan Allah SWT.

Tetap melakukan pengobatan secara teratur dan aman,. Tetap berkomunikasi dan kontrol rutin dengan dengan rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya, termasuk komunikasi dengan pengawas memakan obat (PMO) dan kader pendamping secara online (via telpon, wa atau media sosial lainnya). Selalu berupaya menghindari risiko penularan Covid-19 baik di lingkungan rumah, maupun rumah sakit.

Karena diketahui RS yang mendapat mandat perawatan Covid-19 adalah juga RS PMDT, untuk itu Aisyiyah menekankan keselamatan dan kesembuhan pasien TB RO adalah yang utama, untuk itu selalu hindari situasi berisiko tinggi. (*)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama