Galian C di Solok Selatan Dilakukan Secara Manual


PADANG ARO, MJ News - Kegiatan galian C, seperti mengambil pasir di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat kini dilakukan secara manual. Tidak ada alat berat. Pemandangan itu, seperti kembali ke zaman 80-an atau sebelumnya.

Para penambang meraba-raba material pasir dengan menggunakan cangkul, sekop, linggis, dan mengangkat material dengan keranjang. Tak ada lagi alat berat seperti eskavator.

Pantauan di beberapa lokasi tambang galian C, yang dulunya berlabel ilegal, di Solok Selatan karena menggunakan alat berat, seperti terdapat di Kecamatan Pauh Duo, Sungai Pagu dan Kec. Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), kini mati suri. Yang ada, kegiatan muat pasir, misalnya, justru didominasi oleh pekerja manual, memakai cangkul, sekop, linggis dan menggunakan keranjang. Semua serba manual.

Seperti diketahui, pemerintah pusat maupun daerah telah memutus mata rantai pengusaha yang mengambil pasir dengan alat berat, dengan menurunkan berbagai aturan.

Sayangnya, pengusaha galian C yang mengambil keuntungan hasil bumi itu, tidak mau menaati aturan dengan mengurus izin galian C-nya, dengan alasan pengurusan izin itu sulit, berbelit dan mahal.

Padahal, kalau mereka mau mengurus izin tambang galian C dan lokasi kerjanya sesuai dengan aturan, pemerintah pun tidak berani melarang aktivitas mereka sudah dianggap legal.

Terkait hal ini, Kepala DPM dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Solok Selatan, Gusnawati, Senin (23/3/2020), menyebutkan, pemerintah memberikan larangan pengambilan mineral hasil bumi tanpa izin, apalagi galian C yang merusak ekosistem sungai.

Sementara, sejumlah pekerja galian pasir di Jorong Balun mengaku, mereka rata-rata tertolong ekonomi keluarganya akibat dilarangnya alat berat mengeruk pasir di sekitaran irigasi Balun, KPGD.

Andi dan Buyung merupakan pekerja penggali pasir, mengatakan, setidaknya penghasilan mereka meningkat dari sebelumnya.

Dia dan kawan kawannya dalam mengais rezeki mempunyai sebuah kelompok, beranggotakan 40 orang, terkadang lebih.

Mereka menjual pasir itu ke mobil satu kubiknya seharga Rp50 ribu dalam satu mobil colt diesel, bisa 3 hingga 8 kubik. Tergantung permintaan. Sehari itu bisa masuk 20 truk.

Katanya, banyaknya permintaan pasir datang dari luar Solok Selatan, seperti Kota Padang, Solok, bahkan Sungai Penuh.

“Ya, mutu pasir di Balun ini sangat bagus. Bagi kami warga awam, sangat menguntungkan sekali masyarakat bisa mengambil pasir manual dikarenakan pemerintah melarang mengambil pasir dengan alat berat,” ucap Andi.

Dia mengaku, tak lama lagi permintaan pasir akan terus meningkat, mengingat bergulirnya proyek-proyek pemerintah. (*/eds)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama