Hadapi Virus Corona, Uni Eropa Diduga Kekurangan Masker dan Obat

Polisi mengenakan masker pelindung saat berbicara dengan seorang pengunjung berkosum di Venice Carnival di Venesia, Italia, Ahad, 23 Februari 2020. Sebelumnya telah ditemukan dua kasus pertama virus corona di Venesia. (ist)

Jakarta, MJ News - Para menteri kesehatan Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat membahas wabah virus Corona yang sudah menyebar hingga ke Eropa.

Lebih dari 2 bulan sejak kasus pertama virus Corona ditemukan di Cina, lebih dari 5.500 kasus tertular virus dilaporkan ditemukan di sejumlah negara Eropa.

Menurut Menteri Kesehatan Republik Czech, Adam Vojtech dalam pertemuan yang diadakan di Brussels, Jumat, 6 Maret 2020 mengungkapkan kekhawatirannya atas ketersediaan masker pelindung dan peralatan pelindung lainnya termasuk cairan anti-kuman atau disinfektan.

Dia kemudian mendesak Komisi Uni Eropa untuk mempercepat proses pengadaannya.

Eropa yang beranggotakan 27 negara juga menghadapi kekurangan obat sehubungan impor produk farmasi dari Cina dan India terhambat karena kedua negara itu telah lebih dahulu terkena wabah virus Corona.

"Kami memang memiliki masalah dengan rantai pasokan karena situasi di Cina dan juga keputusan yang dibuat India kemarin sehubungan dengan produk dan bahan farmasi mereka," kata John Ryan, Direktur Kesehatan Masyarakat di Komisi Eropa, sehari setelah pejabat Uni Eropa dinyatakan positif tertular virus Corona di Brussels, seperti ditulis tempo.co.

Grup Farmasi Uni Eropa menerbitkan laporan yang menyebutkan sejumlah negara di Eropa telah menghadapi masalah kekurangan obat sebelum virus Corona mewabah.

Berdasarkan laporan CNN, Eropa memang belum siap menghadapi wabah virus Corona, namun ini bukan sepenuhnya kesalahan Uni Eropa. Sebab setiap negara anggota Uni Eropa bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan mereka sendiri dan kebijakan perbatasan.

Masalahnya, menurut peringatan yang dikeluarkan Brussels bahwa negara-negara Uni Eropa belum cukup membagikan informasi tentang virus Corona antara satu dengan lainnya.

Komisioner untuk Kesehatan dan Keselamatan Pangan Eropa, Stella Kyriakides mendesak anggota Uni Eropa untuk membagikan informasi satu dengan lainnya tentang penerapan langkah-langkah dan perencanaan di setiap negara.

Sejumlah negara Uni Eropa juga belum memberlakukan larangan berkunjung di negara-negara yang paling buruk terdampak virus Corona sehubungan kerangka hukum internasional yang mengatur cara negara-negara merespons wabah ini.

Kerangka Regulasi Kesehatan Internasional bertujuan memberi insentif negara-negara yang melaporkan resiko baru ke lembaga-lembaga internasional seperti Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang kemudian dapat mengadakan tanggapan terkoordinasi.

Hal ini memunculkan preseden yang artinya negara-negara yang melaporkan lebih dulu akan dilindungi dari pembatasan perdagangan dan kunjungan, dan efek sosial-ekonomi. Ini semacam "tawar menawar besar."

Ahli kesehatan publik di lembaga pemikir Chatham House di Inggris, Osman Dar mengatakan, tidak adil untuk membandingkan Eropa dan sistem kesehatan negara lain.

"Cina telah merespons wabah virus Corona dengan kecepatan luar biasa dan mereka sungguh satu-satunya negara yang dapat melakukan itu dengan skala begitu," kata Dar.

Namun Italia telah memberlakukan langkah-langkah yang sangat ketat di Eropa untuk mencegah penyebaran virus Corona termasuk mengunci beberapa kota di utara Italia dan menutup semua sekolah dan universitas.

Negara-negara anggota Uni Eropa lainnya baru mulai mengikuti langkah Italia seperti Prancis yang melarang pertemuan dalam skala besar yakni 5 ribu orang.

Selain Italia dan Prancis yang sudah diserang wabah virus Corona, Jerman kini mengalami penambahan jumlah terinfeksi virus Corona secara cepat, yakni mencapai 200 orang. (*)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama