Bendungan Bobol, Kabupaten Agam Kehilangan 13.697,6 Ton GKP

Dari kejauhan, tampak jelas bobolnya bendungan irigasi Batang Bawan, Kecamatan Ampek, Kabupaten Agam. (ist)

mjnews.id - Kabupaten Agam kehilangan 13.697,6 ton gabah kering panen (GKP) setiap tahun dengan kerugian mencapai Rp178 miliar lebih, akibat bobolnya Bendungan Irigasi Batang Bawan di Kecamatan Ampek Nagari. Selama ini, padi 13.697.600 kg (13.697,6 ton) itu dihasilkan dari usaha budidaya padi sawah seluas 1.223 hektare, dengan produksi rata-rata 5,6 ton GKP/hektare.

Semenjak bendungan itu bobol petani sawah di Bawan itu tidak dapat lagi berusaha budidaya tanaman padi sawah. Selain sawah berpengairan tetap tidak dapat ditanami padi, juga 915 ha kolam ikan tidak lagi dapat dimanfaatkan untuk budi daya perikanan.

Camat Ampek Nagari, Roza Syafdefianti, yang dihubungi Kamis (2/4/2020) di Bawan mengakui, Bendungan Batang Bawan itu sudah lama rusak, dari informasi yang ia perdapat, bendungan itu bobol semenjak 6 tahun lebih. Irigasi yang airnya berasal dari Bendungan Batang Bawan itu tidak berfungsi sama sekali.

Sebagai upaya untuk memperbaiki kembali bendungan tersebut sudah dimasukkan kedalam mesrenbang, namun perjuangan tersebut masih belum berhasil, alasan pihak Pemkab Agam dana yang dibutuhkan membiayai rehab bangunan bendungan itu cukup terlalu besar, anggaran Kabupaten Agam tidak kuat menggendong.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam Ir. Arief Restu, ketika dikonfirmasi menyebutkan, produksi Kabupaten Agam rata-rata 5,6 ton GKP, dengan harga jual Rp6.500/kg. Sejak bendungan Batang Bawan itu Bobol petani tidak dapat lagi menanam padi sebagai bahan pangan pokok, termasuk juga 915 hektare kolam ikan kering kerontang, tidak setetespun dapat air.

Terlalu rugi tidak, sebab petani dapat beralih usaha ke budidaya tanaman pangan jagung, sayur, dan komoditi pertanian semusim lainnya, hanya saja yang tidak tercapai adalah program pemerintah peningkatan produksi padi (beras).

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Agam asal Kecamatan Ampek Nagari, Rizki Abdillah Fadhal, yang diminta pendapatnya sekaitar kerusakan Bendungan Batang Bawan itu, menjelaskan, dari Komisi II DPRD Kabupaten Agam yang membidangi ekonomi di DPRD Kabupaten Agam.

Sudah dikonsultasi dengan lembaga yang membidangi irigasi di DPUTR dan Bappeda Kabupaten Agam, tapi Agam tidak kuat menggendong pembiayaan membangun kembali bendungan tersebut, sebab anggaran yang diperlukan untuk membangun kembali bendungan tersebut terlalu besar.

Petani sawah diareal belakang pasar Bawan tersebut betul-betul menjerit, karena dapat menghasilkan padi disawahnya, ia harus beli beras, selama ini beras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dihasilkan dari sawah yang mereka garap.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Adrisn Agus Dt Kando Marajo, sebelum bendungan itu rusak, areal sepanjang irigasi dibelakang Pasar Bawan itu adalah sebagai lumbung padi, jagung dan komoditi semusim lainnya, tapi saat ini menjadi ratap tangis bagi petani yang punya lahan dikawasan itu. Karena itu, jelas Datuak Kando Marajo, berharap sangat kepada pemerintah agar bendungan berikut saluran irigasi dibangun kembali.

Dahulu, produksi padi kawasan ini begitu banyak, untuk mwmwnuhi kebutuhan keluarga berlebih-lebih, dan kelebihan produksi itu dijual kepasar, uangnya dimanfaatkan untuk biaya anak sekolah, membeli pakaian, malah mampu menyisihkan untuk membangun rumah, tapi saat ini, itu hanya tinggal kenangan.

“Harapan kedepan, kenangan manis itu kedepan tidak lagi sebagai kenangan, kembali jadi kenyataan, hidup petani dan keluarganya kembali sejahtera, hidup dengan usaha budi daya padi sawahnya, hidup dengan budidaya ikannya di kolam,” katanya.

Dijelaskan Datuak Kando Marajo, bersama dengan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Agam Rizki Abdillah Fadhal telah dicoba berjuang sudah mengajukan proposal ke pusat melalui Balai Air Sumatera V. "Namun hingga saat ini masih belum berhasil, terang Datuak Kando Marajo. (*/eds)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama