Sumbar Terima Bantuan 4.000 Unit Rapid Test

Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumbar, Rumainur saat memastikan bantuan alat rapid test sudah diterima oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumbar, Kamis (2/4/2020). (ist)

mjnews.id - Pemerintah Provinsi Sumbar menerima bantuan alat Rapid Test dari Yayasan Budha Tzu Chi. Bantuan itu sudah diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (1/4/2020) malam.

"Betul barangnya sudah datang, sudah digudang. Nanti kita manfaatkan sebagaimana mestinya," sebut Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumbar, Rumainur, Kamis (2/4/2020).

Dikatakannya, alat tersebut nantinya akan dibagikan pada sejumlah rumah sakit di Sumbar. Pembagiannya diutamakan pada rumah sakit yang banyak menangani pasien terpapar korona.

"Tentu nanti pembagiannya terbanyak bagi RS yang banyak melayani pasien korona. Tapi teknisnya akan dilakukan Dinas Kesehatan Sumbar," ujarnya.

Diakuinya, alat tersebut hanya membantu untuk memeriksa masyarakat yang terpapar covid-19. Namun, akurasinya memang tidak 100 persen.

Untuk diketahui, kegunaan Rapid Test disampaikan Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menjelaskan bahwa rapid test atau tes cepat diprioritaskan bagi kontak dekat, seperti keluarga korban dan petugas kesehatan.

Menurutnya, metode rapid test, yang digunakan adalah screening, penapisan secara pendahuluan terhadap adanya kasus positif di masyarakat.

"Oleh karena itu, yang kita periksa untuk cara cepat ini adalah melakukan pemeriksaan antibodinya yang ada di dalam darah sehingga spesimen yang diambil adalah darah, bukan apusan tenggorokan. Diharapkan dengan adanya pemeriksaan ini maka kita bisa menjaring dengan kasar tentunya secara cepat tentang keberadaan kasus positif," urai Yuri.

Pemeriksaan rapid test yang menggunakan basis pemeriksaan antibodi. Kalau hasilnya negatif belum bisa memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan tidak terinfeksi.

"Bisa saja terinfeksi tetapi pada tahap-tahap awal karena antibodinya belum terbentuk, dibutuhkan waktu antara 6-7 hari untuk terbentuknya antibodi yang kemudian bisa kita identifikasi sebagai positif di dalam pemeriksaan rapid ini," katanya.

"Jadi bukan melakukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya," kata Yuri, di Grha BNPB, Jakarta.

Menurut Yuri, kalau memeriksa langsung terhadap virusnya, maka digunakan pemeriksaan berbasis pada antigen. Yakni pemeriksaan dengan swab, dengan apusan, usapan di dinding belakang rongga hidung atau di dinding belakang rongga mulut.

"Artinya kalau ditemukan positif, maka diyakini di penderita tersebut ada virusnya," jelas Yuri. (*/eds)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama