Pengrajin Songket Kenagarian Lunto Terancam Gulung Tikar

Salah seorang pengrajin Tenun Kenagarian Lunto  dari 300 lebih pengrajin songket terancam gulung tikar akibat dampak Covid-19. Mereka tidak bisa menjual hasil produksi dan berharap perhatian pemerintah. (ist)

mjnews.id - Pukulan berat akibat dampak Covid-19 (Corona) telah meluas ke semua dimensi kehidupan masyarakat. Semua usaha terkena imbasnya.

Misal, di Kenagarian Lunto yang selama ini memproduksi kerajinan tenun tidak bisa menjual produksinya.

Kenagarian Lunto yang terletak di Kecamatan Lembah Segar mempunyai dua Desa; Lunto Timur dan Lunto Barat. Sebagian besar warganya menggantungkan diri dari bertenun bahkan sudah menjadi pekerjaan tetap warga setempat, kendati ada juga yang menggeluti bidang pertanian sawah dan kebun Kakao.

Salah seorang pengrajin songket, Elen Songket, 37, di Lunto Timur pada Kamis (16/4/2020) menjelaskan, saat ini dia sangat terpukul dengan wabah Covid-19 ini. Elen yang mempunyai 50 orang pengrajin tetap itu, menuturkan dia sangat cemas dengan kondisi saat ini.

Lebih lanjut Elen menjelaskan, rata-rata dia dan anggotanya dapat memproduksi songket dua helai perminggu dengan harga jual berkisar Rp250 ribu s/d Rp1 juta.

Namun sayang, semenjak kasus Covid-19, pengrajin kehilangan tempat pemasaran, termasuk pengusaha songket Silungkang yang selama ini ikut membeli dan memasarkan terhenti membeli hasil produksi pengrajin songket Lunto tersebut.

“Saya sangat kasian sama para pengrajin. Bahkan untuk hidup sehari-hari, mereka sangat sulit. Untuk itu, dinas terkait diharapkan dapat membantu membeli kerajinan tersebut, karena sekarang sudah menumpuk entah kemana akan dijual,” tutur Elen.

Sementara itu, tokoh masyarakat Jul Laidi menyatakan, di Kenagarian Lunto terdapat 300 orang lebih pengrajin songket.

Kalau kondisi normal, cukup untuk menghidupi keluarga bahkan biaya pendidikan sampai perguruaan tinggi. Namun semenjak dampak Covid-19 ini, para pengrajin benar-benar terpukul.

Justru itu Jul Laidi berharap ada perhatian pemerintah untuk membantu membeli kerajinan warga tersebut, sehingga dapat meringankan beban masyarakat sampai kondisi aman kembali.

Senada, pak Adi mengaku, keluarganya sebagian besar menggeluti kerajinan tenun songket tersebut. Katanya, dampak Covid-19 luar biasa melumpuhkan usaha masyarakat yang telah ada secara turun-temurun tersebut.

Dia juga berharap ada upaya pemerintah melalui OPD terkait untuk menampung kerajinan songket yang bernilai seni tinggi tersebut, sehingga dapur pengrajin bisa berasap. (*/eds)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama