Masyarakat Padang Alai Inginkan Sawah Mereka Kembali


Anggota DPD, Leonardy Harmainy foto bersama dengan masyarakat Nagari Gunung Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Padang Pariaman.


Liputankini.com-Nagari Gunung Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Padang Pariaman termasuk daerah yang parah ketika bencana gempa 30 September 2009. Bangunan roboh, sawah berhektar-hektar hilang dilanda longsor, serta korban jiwa yang banyak.


Kini masyarakat di daerah Koto Tinggi dan Gunung Tigo yang banyak persawahan hilang dilanda longsor itu mengharapkan agar areal persawahan mereka kembali. Keinginan itu didasari banyak hasil panen sawah itu dulunya. Bahkan banyak zakat yang dibayar masyarakat sehingga sawah di sana dikenal dengan sawah tempat bajakaik (berzakat).

“Masyarakat kami berharap sawah yang hilang akibat gempa 2009 dibuatkan sawah lagi. Itu sawah tampek bajakaik (tempat berzakat) dulunya,” ujar Ketua Bamus Nagari Gunung Padang Alai, Dasman Koto kepada Anggota DPD, Leonardy Harmainy yang datang ke nagari itu.

Dasman Koto mengharapkan Leonardy memfasilitasi alat berat untuk membuat sawah baru. Juga mesin bajak yang bisa digunakan di lahan sawah yang tidak datar.

Tokoh masyarakat setempat, Candrawasih menambahkan peralatan pemerintah selain membuat sawah digunakan pula untuk menggarap lahan-lahan tidur di Nagari Gunung Padang Alai. Menurutnya, banyak lahan tidur yang jika bisa dijadikan lahan produktif akan sangat membantu perekonomian masyarakat di nagari itu.

Pernyataan Bamus juga didukung Sekcam Padang Alai Beniman. Sawah di V Koto Timur ada 264 hektar. Di Padang Alai ada 84 hektare. Luasannya akan bertambah jika sawah yang tertimbun longsor bisa dilakukan pencetakan sawah baru.

Walinagari Gunung Padang Alai, Aidinur menyatakan nagarinya paling ujung di Kecamatan V Koto Timur. Gunung Padang Alai berbatasan dengan Malalak Barat,  Agam. Nagari tersebut terdiri dari 9 korong dan paling luas di Padang Pariaman dengan luas 4149,33 hektare atau 41,49 kilometer persegi.

Dia mengungkapkan, nagari yang dia pimpin itu sedang dalam tahap pemekaran. Dan berharap agar Leonardy turut mengawal pemekaran yang telah diverivikasi lapangan ini agar segera terealisasi. “Nagari kami sangat luas Pak. Memiliki sembilan korong. Satu Korong Sialangan saja sudah sama luasnya dengan satu nagari di tempat lain. Makanya pemekaran ini sangat diharapkan,” ujarnya.

Camat Anasman yang sudah kenal Leonardy tak kalah gembira dengan kedatangan senator asal Sumbar itu. Camat menyebutkan bagaimana kiat Leonardy dalam persoalan pembebasan tanah untuk pembuatan jalan lingkar, asrama haji, politeknik pelayaran dan lainnya yang berdampak besar terhadap kemajuan Padang Pariaman.

“Saya kenal beliau sejak di Dinas Pertanahan Padang Pariaman dulu. Tepatnya di 2009. Banyak pengalaman yang saya dapatkan dan saya liat langsung bagaimana Bang Leonardy ini memperjuangkan proyek dan kegiatan pembangunan di Padang Pariaman. Sangat tepat jika menitip aspirasi kepada beliau ini,” ungkapnya.

Leonardy Harmainy menyebutkan pencetakan sawah baru tergantung kepada luasan sawah yang akan dicetak. Pencetakan sawah baru ini bisa mempedomani pedoman teknis cetak sawah yang dikeluarkan Direktoral Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, petunjuk pelaksana yang dikeluarkan Dinas Pertanian Sumbar dan petunjuk teknis yang dikeluarkan Dinas Pertanian Padang Pariaman.

Dikatakannya ada program swakelola cetak sawah dengan pola swakelola yang bekerja sama dengan instansi terkait. TNI pun dilibatkan dalam kegiatan ini. Kegiatan cetak sawah secara teknis dimulai dari identifikasi calon petani dan calon lokasi, survei dan investigasi calon petani dan calon lokasi, penetapan petani dan lokasi serta pelaksanaan cetak sawah dan pemanfaatannya.

Dia menyebutkan, soal pemakaian alat berat untuk pembukaan lahan sebaiknya dikoordinasikan dulu dengan dinas terkait. Apakah program dan kegiatannya ada di dinas itu. Jika tidak, bina hubungan dengan anggota dewan yang daerah pemilihannya termasuk Gunung Padang Alai ini. Minta kepada mereka untuk mengawal dan memperjuangkan usulan yang telah dibuatkan pada musrenbang mulai dari tingkat Korong, nagari, kecamatan dan kabupaten nantinya.

“Sebaiknya, nagari membentuk Bumnag. Bumnag dimodali kegiatan usahanya dari dana desa. Dana ini digunakan untuk mendorong perkembangan produk unggulan nagari. Misal kelapa atau pinang,” ujar Leonardy.

Bumnag Padang Alai Saiyo yang didirikan pada 2018, kata Leonardy diarahkan untuk peremajaan kelapa dan membeli bibit pinang. Bagikan ke masyarakat untuk ditanam pada lahan-lahan mereka. Empat tahun kemudian bisa dinikmati hasilnya oleh masyarakat. Bumnag pun mendapat bagi hasilnya.

Keuntungan Bumnag ini nantinya bisa digunakan untuk mendanai kegiatan dan program yang tidak bisa menggunakan dana desa. Keuntungan Bumnag boleh dimanfaatkan untuk pencetakan sawah baru, mengelola lahan tidur masyarakat. Tentu saja dengan perjanjian saling menguntungkan. “Proposal kepada dinas terkait atau pemerintah tetap dijalankan sembari mengupayakan nagari bisa mandiri. Bisa membangun nagari dari keuntungan Bumnag,” ujarnya memotivasi.

Leonardy mengajak walinagari, Bamus, KAN, LPM, walikorong, perangkat/staf nagari dan tokoh masyarakat Gunung Padang Alai memanfaatkan program-program dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang tertuang dalam Permendes Nomor 13 Tahun 2020. 

Arahkan penggunaan dana desa untuk membangun nagari sesuai tipe-tipe desa yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) Desa. 

Sekaitan Gunung Padang Alai yang kini kesulitan dengan komunikasi telepon dan internet akibat tower disambar petir, manfaatkan program kerjasama Kemendes PDTT dengan Kominfo untuk membuka akses telepon dan internet ke desa-desa di seluruh Indonesia. “Syaratnya sediakan tanah seluas 300 meter persegi, ajukan ke Kemendes PDTT yang akan membangun tower, genset dan prasarana penunjangnya. Jika oke nantinya Kemenkominfo yang mengurus sinyal dan penunjangnya,” ungkap Leonardy.

(*)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama