MUBA, LIPUTANKINI.COM – Bagi Anda yang akan berwisata ke Bukit Pendape Lestari, Dusun Jebang, Desa Keramat Jaya, Kecamatan Sungai Keruh, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, tak ada salahnya jika mengunjungi para perajin manes aren atau gula aren alias enau yang merupakan usaha peninggalan para leluhur warga di sana.
Proses pembuatan gula aren ini cukup unik lantaran masih kental nuansa adat tradisional, bahkan masih terdapat unsur mistis yang masih dipercayai warga setempat khususnya para perajin gula aren, Minggu (14/3/2021).
Salah seorang perajin gula aren, Herman berkenan menerima siapa saja yang berkunjung ke wisata Bukit Pendape dan ingin melihat proses produksi manes atau gula aren tersebut.
Gula aren atau manes merupakan salah satu produk hasil kebun rakyat. Diolah menjadi pemanis alami yang dihasilkan pemekatan nira aren (enau) yang secara tradisional melalui pemanasan atau dimasak.
Proses memasak biasanya berlangsung beberapa jam. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya. Setelah dimasak atau dipanaskan, kemudian dimasukan ke dalam cetakan hingga menjadi dingin dan mengeras sehingga jadilah gula aren atau manes enau.
Berbeda dari produksi gula aren pada umumnya, Herman mengatakan proses pembuatan gula aren atau yang dikenal dengan sebutan gula batok di desanya itu masih terbilang tradisional.
“Pertama-tama, sebelum mengambil air dari pohon aren selama 14 hari atau lebih dalam sebulan dilakukan proses pemukulan dengan irama tertentu. Setelah dipukul, kemudian lengan-lengan pohon aren diayun hingga lentur. Proses ini dilakukan dengan tata cara adat petani aren, yang tidak sembarang dilakukan,” ujarnya.
Setelah itu, lanjut dia, bunga atau tandannya dipotong. Dilanjutkan dengan mengelap air yang keluar dari batang sebanyak tiga kali. Hal itu dilakukan untuk melihat apakah air pohon enau atau aren itu banyak atau tidak.
“Setelah dipotong lengannya, didiamkan minimal selama dua hari dan setelah itu diperiksa sebanyak apa sagunya. Dalam proses pengambilan air, petani aren akan menyanyikan sebuah lagu yang disebut sebagai adat,” tukasnya.
Kemudian, jelasnya lagi, proses pemasangan tangga untuk naik ke atas pohon dilakukan saat mulai mengayun.
Pria yang sudah tahunan memproduksi gula manes aren itu turut menjelaskan, wadah untuk mengambil air aren menggunakan bambu. Namun, kata dia, juga bisa menggunakan jeriken.
Selain beberapa rangkaian proses tersebut, ia juga mengungkapkan ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar petani aren. “Ada pantangan juga bagi orang yang mengambil air enau atau aren tersebut, tidak boleh berbicara kotor pada saat proses pengolahan air aren,” tegasnya.
"Seorang petani aren juga tidak boleh pelit ketika orang lain meminta hasil sadapannya (airnya). Jika pantangan ini dilanggar maka, air enau akan cepat mengering,” timpalnya.
Usai mengambil air aren, dilakukan penyaringan, proses penyaringan ini ada dua jenis. Pertama, jika sagunya sedikit maka cukup menggunakan ijuk (lapisan pohon aren). Kedua, jika sagunya banyak maka menggunakan kain.
“Proses pemasakan pun dilakukan dalam wadah yang besar dengan menggunakan tungku tanah dan kayu bakar. Selama proses pemasakan adonan gula aren terus diaduk selama 3-3,5 jam. Sedangkan untuk membantu proses pengerasan gula menggunakan campuran getah kapuk. Setelah dicetak, gula biasanya hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk mengeras,” tukasnya lagi.
Setelah menjelaskan secara singkat mengenai proses pembuatan gula atau manes aren ini, Herman juga berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Irawan, Sekjen Legmas Pelhut Muba.
Di sela-sela perbincangan itu, Herman menyampaikan harapannya sekaligus harapan para perajin gula aren lainnya agar pemerintah dapat membangun jalan guna membantu kelancaran mereka untuk memasarkan hasil produksi mereka.
Sebab, tutur dia, permasalahan yang selalu dihadapi mereka sejak dulu yakni sulitnya menjual karena jarak dusun mereka dengan pasar lumayan jauh. "Yang lebih parah lagi, jalan menuju dusun kami ini pada saat musim hujan tidak bisa dilewati kenderaan roda dua apalagi roda empat," katanya.
Ia mengharapkan perhatian pemerintah untuk memenuhi keperluan alat dalam proses pembuatan gula aren dan solusi jalan yang selalu jadi kendala seriap tahunnya. Herman mengaku tetap akan menjadi pengrajin gula atau manes aren. Sebab, kata herman, tak sembarang orang dapat memproduksi gula atau manes enau. (Ilandra)