300 Hektare Sawah tak Tergarap

 


PADANG PARIAMAN-Petani di Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman merasakan sekali getirnya kehidupan setelah dua irigasi di daerah mereka rusak. Terlebih setelah pertengahan 2019.


"Nagari kami 90 persen penduduknya bertani. Terasa sekali jika irigasi ini yang rusak. Kini 300 hektare lebih sawah tak tergarap," ungkap Walinagari Lurah Ampalu, Ais Surya.


Kepada anggota DPD Leonardy Harmainy, walinagari mengungkapkan sawah yang tak digarap itu hanya sebagiannya yang dikonversi menjadi ladang jagung. Tentu banyak warganya yang kehilangan mata pencaharian.


Ais Surya menjelaskan, pertama irigasi Korong Sikilir yang bendungannya rusak. Irigasi itu mengairi 25 hektar sawah.


Lalu pada pertengahan 2019, giliran irigasi Sawah Aru yang rusak. Irigasi ini mengairi sawah seluas 300 hektar. Bahkan sawah di Kota Pariaman pun terdampak.


Irigasi Sawah Aru itu, katanya yang rusak adalah saluran sepanjang 60 meter. Jembatan airnya juga rusak.


"Saluran irigasi ini memiliki jembatan air karena melintasi sungai. Hingga kini belum diperbaiki. Akibatnya dirasakan masyarakat kami," ujar Ais Surya.


Menurut Ais Surya, berdasar informasi yamg didapatnya, irigasi Sawah Aru merupakan kewenangan Dinas PSDA Sumbar. Dia telah membuat proposal ke Dinas PSDA Sumbar, namun hingga kini belum ada realisasi. Alasannya, terkendala Covid-19, banyak anggaran yang direfocussing.


Bencana banjir juga menghantui nagarinya. Terutama Korong Guguak. Sepanjang tujuh kilometer perlu dinormalisasi agar banjir tidak terjadi lagi.


Leonardy menegaskan untuk soal irigasi dan bendungan memang sebaiknya ke PSDA Sumbar jika sawah yang dialirinya sangat luas.


Leonardy akan coba memfasilitasi ke PSDA. Diajak orang PSDA ke VII Koto Sungai Sariak untuk melihat bendungan Sawah Aru dan Batang Paraman. Sekalian meliihat Batang Mangoi. (*)




Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama