PADANG PANJANG-Mudir Pondok Pesantren Muhammadiyah Kauman Padang Panjang, Derliana, berhasil menjadi doktor di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Padang pada bidang Pendidikan Agama Islam.
Gelar tersebut disandang perempuan 43 tahun itu setelah berhasil mempertahankan disertasinya berjudul Pengembangan Pembelajaran Fikih Berbasis Pondok Pesantren di Madrasah Aliyah Kulliyatul Mubalighien Kauman Padang Panjang dalam sidang terbuka secara virtual, Senin (24/5/2021).
Tangis harupun pecah dari segenap civitas akademika MA KMM Kauman, keluarga dan sahabat, saat Derliana dinyatakan lulus dengan IPK 3,72. Perempuan kelahiran Pasir Pengaraian ini juga berhasil meraih nilai A, serta menjadi doktor ke-219 di UIN Imam Bonjol.
Derliana yang merupakan mahasiswa peserta beasiswa MORA 5000 Doktor tahun 2018 ini, diuji Prof. Martin Kustati selaku ketua Tim Penguji, Dr. Rehani, sebagai sekretaris, Prof. Alaiddin Koto, MA, Prof. Asasriwarni, Dr. Yasmadi, Prof. Syafruddin Nurdin, serta Prof.Zulmuqim sebagai anggota.
Derliana mengatakan, penelitian pengembangan pembelajaran fikih ini didedikasikan untuk PontrenMu Kauman yang dengan pesantren tersebut telah menjadikannya doktor perempuan pertama di Kauman.
"Alhamdulillah sudah selesai ujian terbukanya dengan hasil yang memuaskan. Ini demi dan untuk kemajuan PontrenMu Kauman ke depannya" tuturnya yang dikutip dari Kominfo.
Dijelaskannya, program beasiswa MORA 5.000 Doktor ini, bentuk penghargaan Kementerian Agama dalam melahirkan doktor-doktor di bidangnya masing-masing.
"Kami yang lulus di UIN Padang 12 orang. Sembilan dari dosen perguruan tinggi dan tiga dari guru. Program ini memberikan kita waktu hanya tiga tahun untuk menyelesaikan pendidikan. Alhamdulillah kami bisa menuntaskannya 2 tahun 9 bulan. Untuk itu, atas nama pribadi kami ucapkan terima kasih kepada Kemenag Padang Panjang, Kanwil Kemenag Sumbar, Kemenag RI, seluruh civitas akademika MA KMM Kauman, PDM Pabasko, dan PWM Sumbar," ungkapnya.
Dalam penelitiannya ibu tiga anak ini menjelaskan, program pengembangan pembelajaran fikih berbasis pondok Pesantren sangat relevan dilaksanakan untuk anak-anak madrasah. Ini lantaran Muhammadiyah secara nasional sedang gencar-gencarnya menguatkan lembaga pendidikan agar mampu menyiapkan ulama serta umara.
"Dengan pengembangan mode pembelajaran fikih di madrasah, kita berharap nantinya madrasah mampu melahirkan ulama-ulama yang mengayomi dan memberikan kontribusi nyata terhadap negara kita, Indonesia. Sebagaimana hal ini merupakan khittah perjuangan Muhammadiyah dalam membangun peradaban bangsa dan negara," paparnya. (*)
