Corona Meledak, Desakan Lockdown Makin Nyaring



JAKARTA-Lonjakan kasus Corona di Indonesia terus menekan fasilitas kesehatan. Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mendorong pemberlakuan lockdown di sejumlah daerah.


"Kalau bicara merespons mencegah beban di fasilitas kesehatan, atau pembatasan atau lockdown atau apa pun itu, ya karena ini sudah dimana-mana, nggak bisa di Jakarta aja. Setidaknya di Jawa atau di sekota raya Jawa. Durasinya minimal dua minggu, ada dua kali masa inkubasi sebulan," kata Dicky, (21/6/2021).

Dia memperingatkan bahwa kebijakan lockdown harus dipersiapkan dengan baik. Utamanya yakni dukungan finansial kepada daerah. "Yang jelas kemampuan daerah ini tidak setara kemampuan finansial daerah ini. Sehingga disupport oleh pemerintah pusat. Jadi ini harus disiapkan dalam emergency waktu dekat ini. Ini belum puncak, ini sedang menuju puncaknya," ungkapnya yang dikutip dari detikcom.

Dicky juga memaparkan keuntungan dan kerugian dari kebijakan lockdown ini. Keuntungannya, lockdown bisa mengurangi beban di fasilitas kesehatan. "Plus minusnya ada. Kalau plusnya ya kita ketika ada lockdown kita bisa mengurangi beban cepat di fasilitas kesehatan," tuturnya.

Sedangkan kerugiannya, lanjutnya, terletak pada ongkos sosial kebijakan ini. Selain itu, kelompok masyarakat yang rawan bisa terdampak. "Kalau bicara minusnya ya beban di pemerintahan. Secara ongkos sosial ekonomi politik. Ada juga kelompok masyarakat yang rawan. Ini harus disiasati agar dampaknya minimal," katanya. 

Pengertian lockdown

Masyarakat di wilayah yang diberlakukan lockdown tidak dapat lagi keluar rumah dan berkumpul, sementara semua transportasi dan kegiatan perkantoran, sekolah, maupun ibadah akan dinonaktifkan.

Kendati demikian, definisi lockdown sebenarnya masih belum begitu jelas dan belum disepakati secara global. Penerapan lockdown di setiap negara atau wilayah memiliki cara atau protokol yang berbeda.

Misalnya, di Wuhan, Tiongkok, lockdown diterapkan secara total. Selama diberlakukan lockdown, seluruh warga di kota tersebut dilarang keluar rumah dan semua area publik, seperti mal dan pasar, ditutup.

Sementara di Spanyol dan Italia, kebijakan lockdown di sana masih memperbolehkan warganya pergi keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan membeli obat-obatan. (*)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama