Sastrawan Senior Meninggal, PWI Purworejo Serahkan Santunan

 Penyerahan santunan pada keluarga sastrawan


PURWOREJO-Purworejo kehilangan sosok wartawan dan sastrawan senior Atas Sampurno Danusubroto. Sosok yang dikenal teduh dan sederhana itu meninggal pada usia 72 tahun. Almarhum meninggal pada Rabu  (15/7/2021) di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo dan langsung dimakamkan pada malam harinya di Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi. 


Pria kelahiran Kabupaten Cilacap itu telah puluhan tahun mengabdi di dunia wartawan dan sastra, serta telah melahirkan berbagai karya baik cerpen maupun novel.

Sri Sayekti (71) istri dari Atas Danusubroto menuturkan, almarhum sudah mengeluh sakit sejak Kamis (8/7/2021). Almarhum dibawa ke puskesmas pada Senin (12/7) dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Tjitrowardojo.

"Pada Kamis almarhum belum mau dibawa ke dokter, lalu Senin semakin parah, posisi sudah tidak sadar lalu dibawa oleh cucu untuk periksa," ungkap Sri, saat pemberian santunan Jogo Wartawan oleh Persatuan Wartawan Purworejo (PWI) di rumahnya Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Kamis (15/7).

Pria yang lahir pada April 1949 itu meninggalkan satu istri, tiga anak, enam cucu dan satu cicit. "Anak-anak merantau semua, yang satu di Sumbawa, yang dua di Lombok, saya di rumah bersama cucu dan buyut (cicit)," imbuh Sri.

Sumanang Tirta Sujana, seorang wartawan dan sastrawan senior Purworejo yang juga merupakan kawan Atas Danusubroto menyampaikan, almarhum merupakan senior dan kakak angkatan sesama alumni Persada Studi Club Malioboro.

"Di sana almarhum seangkatan dengan penyair Linus Suryadi AG, Emha Ainun Najib (Cak Nun), Novelis Budi Sardjono, Penyair Iman Budhi Santosa. Penyair Darmanto Yatman, Arwan Tuty Artha dan yang lainnya," bebernya.

Karya-karya dari Atas Danusubroto diantaranya adalah novel Trah, Sang Pangeran, Pisingsung Kang Wingit, Sak Kedeping Mripat dan masih banyak lagi. Novel Trah milik almarhum Atas yang diterbitkan oleh Narasi Yogyakarta merupakan salah satu novel berbahasa Jawa yang mendapat penghargaan tertinggi sastra Jawa yaitu renchage award pada tahun 2009.

"Pak Atas memilih untuk berkarya digenre sastra cerpen dan novel, selain itu dia juga seorang wartawan yang masih aktif hingga masa tuanya," ungkap Sumanang.

Sebagai kawan, Sumanang mengaku sangat kehilangan sosok sederhana dan teduh yang ada pada diri Atas, karena rekan diskusinya soal sastra telah tiada. Menurutnya, almarhum adalah wartawan dan sastrawan yang sangat bersahaja dan tidak pernah menunjukkan atribut seniman yang aneh-aneh. Tidak semua orang diajak dan dipaksa bicara soal kesenian.

"Dia tidak suka memaksakan pendapat, wawasannya tentang sejarah juga cukup bagus, novel-novelnya juga rata-rata sejarah yang dinovelkan, bahkan tulisannya Tjokronegoro menjadi rujukan dirubahnya hari lahir Kabupaten Purworejo," sebutnya.

Edi Suryana, Ketua Pewarta Purworejo juga mengaku sangat kehilangan sosok seorang wartawan senior. Almarhum dikenalnya adalah senior yang membimbing dan selalu memberi semangat, saat sebelum maupun sesudah dirinya menjadi Ketua Pewarta.

"Hubungan saya dengan almarhum sangat baik dengan para senior, terutama dengan almarhum," sebutnya.

Aris Himawan, Ketua PWI Purworejo mengatakan, almarhum adalah wartawan senior yang telah melanglang buana bekerja pada beberapa media. Terakhir almarhum adalah wartawan untuk media majalah legalitas. Almarhum juga ahli sejarah, khususnya sejarah budaya di Purworejo.

"Cita-cita bersama beliau adalah membukukan beberapa sejarah budaya lokal di Purworejo. Meninggalnya beliau referensi untuk itu jadi tidak ada, intinya Purworejo dan kita semua sangat kehilangan sosok dirinya," kata Aris.

Untuk Program Jogo Wartawan ini, ungkap Aris merupakan penjabaran dari Jogo Tonggo yang dicanangkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di awal pandemi tahun lalu. Imbauan dari ketua pwi jateng, agar pwi kabupaten dan kota membentuk jogo wartawan. 

"Atas imbauan itu, kita telah membentuk jogo wartawan. Bantuan yang kita berikan adalah paket sembako dan uang. Dengan bantuan untuk menyemangat para wartawan di purworejo yang terpapar covid," katanya.

Pihaknya juga meminta kepada wartawan yang sedang melakukan tugas peliputan untuk tetap menjaga prokes. "Kesehatan lebih utama dari pada liputan dilapangan. Kalau bisa dilakukan dengan tidak tatap muka atau kelokasi kejadian maka lakukan via telepon. Tapi tetap sesuai kaidah jurnalistik," imbuhnya

Koordinator Jogo Wartawan Marnie menambahkan, jika ada wartawan atau keluarganya yang sedang menjalani isolasi mandiri, silakan hubungi PWI Kabupaten Purworejo.

"Jogo Wartawan ini sebagai bentuk kepedulian sesama jurnalis di masa pandemi Covid-19 ini. Namun saya berharap agar teman-teman jurnalis selalu sehat dan berhati-hatilah ketika meliput berita. Utamakan Prokes 5M. Pakai dobel masker saat di tempat keramaian dan hindari kerumunan," katanya.(Alex)



Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama