Dinas Pangan Kota Solok Studi Banding ke Siak

 Serah terima cendera mata di Siak


KOTA SOLOK - Rombongan Dinas Pangan Kota Solok melakukan banding produksi padi dan beras. Rombongan disambut secara resmi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Siak, Senin (4/10/2021). 

Rombongan terdiri dari Kabid Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Kepala Seksi pada Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan beserta staf.

Sama halnya dengan Kota Solok, Kabupaten Siak adalah sentra padi dan lumbung beras untuk Riau. Luas sawah di Kabupaten Siak adalah 4903,6 haktare, dengan jumlah penduduk 457.940 jiwa. Hal yang menarik di kabupaten yang berpusat di Siak Sri Inderapura ini adalah adanya peralihan fungsi lahan dari perkebunan sawit menjadi lahan sawah, karena ada nilai ekonomi lebih terhadap beras dibandingkan sawit pada saat ini.

Pihak tuan rumah menjelaskan secara resmi keadaan Kabupaten Siak mulai dari awal pemekaran dari Kabupaten Bengkalis hingga saat ini. Sistem tanam yang dipakai adalah sistem jajar legowo tipe 4.1, artinya setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam. Teknik ini terbukti meningkatkan hasil panen padi karena prinsip dasar tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah tanaman padi yang akan meningkatkan produksi padi.

Selain itu, manfaat lain dari sistem ini adalah menghindari dari penyebaran bibit penyakit dan hama. Sistem ini sangat cocok diterapkan pada lahan yang kurang subur seperti di Kabupaten Siak karena jenis tanahnya adalah tanah gambut dengan PH kurang dari 5.

Jenis padi yang ditanampun disesuaikan dengan kondisi tanah yaitu jenis padi yang cocok untuk daerah ini adalah jenis legowo dengan produktifitas termasuk tinggi, 7-8 ton per hektare. Sementara untuk irigasi hampir seluruhnya menggunakan pompanisasi.

Studi komparatif sebelumnya ke Kabupaten Kampar, Rabu (6/10/2021), rombongan Kota Solok disambut Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Bidang dan staf Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kampar. Berbeda dengan Kabupaten Siak, kebutuhan pangan pokok (beras) Kabupaten Kampar masih tergantung pada Sumbar. Hal ini disebabkan karena kurangnya lahan sawah, baik karena alih fungsi menjadi lahan sawit atau permukiman.

Menurut Kepala Bidang Distibusi, Nurmaini, di Kabupaten Kampar memiliki banyak lumbung lengkap dengan mesin rice milling yang diperoleh dari bantuan dana Pusat. “Permasalahan kami adalah sumber gabah yang kurang. Jika kita kerjasama, kami bisa menampung gabah dari Kota Solok,” ujar Nurmaini. (SIS)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama