Siswa SMPN 4 Tigo Lurah Mencari Sinyal ke Tengah Hutan

 Para siswa SMPN 4 Tigo Lurah yang simulasi ANBK di Rimbo Batuang. (suhanews)



SOLOK-Kebijakan pendidikan berlaku secara nasional. Apa yang dijalani pelajar di Jakarta, dijalani pula oleh mereka yang tinggal di daerah terisolir. Anak Jakarta jalani asesmen dengan laptop, anak-anak Tigo Lurah juga asesmen dengan laptop.


Bila di Jakarta sinyal internet lancar jaya, maka di Tigo Lurah susah cari sinyal. Para siswa SMPN 4 Tigo Lurah yang mengikuti simulasi asesmen nasional berbasis komputer (ANBK) harus mencari sinyal hingga tengah hutan.

Tigo Lurah merupakan daerah terisolir di Kabupaten Solok. Tak ada jalan aspal ke sana. Perkampungan dikelilingi hutan. 

Simulasi ANBK di sekolah telah berlangsung sejak Senin pekan ini. 

Salah seorang pengawas, Resmayedi kepada suhanews.co.id menyebutkan, siswa ikuti simulasi di hutan yang bernama Rimbo Batuang. Kawasan itu dijadikan lokasi ujian, karena di sana ada sinyal HP, yang kemudian disambungkan dengan laptop masing-masing siswa. Guna mencapai Rimbo Batuang,  siswa dan pengawas harus berjalan kaki selama 15 menit .

”Simulasi terpaksa kami lakukan di hutan karena situasi di sekolah tidak memungkinkan untuk melaksanakan simulasi,” ungkapnya.

Kepala SMPN 4 Tigo Lurah Kapujan, Arsal menyebutkan, simulasi ANBK terpaksa dilakukan di hutan karena aliran listrik sering mati dan sinyal otomatis langsung hilang.

Listrik mati mengakibatkan aliran setrum ke tower seluler terhenti dan sinyal langsung hilang.

Nah, pendidikan di kota besar dan daerah terpencil memang jauh berbeda, namun pendidikan harus berjalan dengan standar yang sama.

"Sansai kami di sini," kata Amran, seorang warga Tigo Lurah. (ed)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama