Bayi Ringan di RSUD Pariaman, Orangtua Bukan Peserta BPJS Kesehatan


PARIAMAN, MJ News. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Pariaman, merawat intensif seorang bayi perempuan Nadiva Almaira asal Nagari Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman yang lahir dengan berat 700 gram.

Direktur RSUD Pariaman dr. Indria Velutina di Pariaman, Senin (13/1/2020), mengungkapkan, bayi ini lahir di RSUD Pariaman pada 9 Desember 2019 dan hingga sekarang masih di inkubator ruang perinatologi.

Ia mengatakan penyebab rendahnya berat bayi tersebut yaitu karena lahir prematur yang dalam kandungan hanya 23 sampai 24 minggu padahal seharunya 38 sampai 39 minggu. Akibatnya kondisi bayi masuk ke dalam status berat bedan lahir amat sangat rendah sehingga harus dirawat intensif karena untuk berat bayi lahir normal di atas 2,5 kilogram.

“Awalnya orang tuanya cemas selain kondisi anak, juga karena biayanya yang besar dan tidak terdaftar ke kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS,” katanya seperti dikutip dari antarasumbar.com.

Ia menyampaikan untuk membantu orang tua bayi tersebut pihaknya menghubungi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman agar mendapatkan Jaminan Persalinan serta Badan Amil Zakat RSUD Pariaman hingga klaim kepesertaan JKN-nya pertengahan bulan ini keluar.

Kepala Ruangan Perinatologi RSUD Pariaman Risda Zailinda mengatakan sebelumnya berat bayi yang paling rendah dirawat oleh pihaknya yaitu 900 gram. “Ini merupakan bayi dengan berat terkecil yang kami rawat,” ujarnya.

Ia menjelaskan di awal perawatan bayi tersebut harus menjalani puasa selama satu minggu karena perut kembung sehingga berat badannya turun menjadi 500 gram.

“Namun saat ini beratnya sudah mulai naik menjadi 780 gram karena diberikan susu khusus,” kata dia.

Ia menyampaikan, susu tersebut dibeli oleh orang tuanya di Padang dangan cara eceran seharga Rp20 ribu per saset dengan ukuran 0,71 gram.

“Pihak keluarga tidak mampu untuk membeli per kaleng yang harganya kisaran di atas Rp1 jutaan,” ujar dia.

Padahal, lanjutnya susu tersebut dibutuhkan oleh bayi agar dapat mempercepat penambahan beratnya.

Apalagi kebutuhan susu untuk bayi tersebut semakin lama semakin banyak karena di awal pemberiannya dibutuhkan empat saset susu perhari dan sekarang menjadi enam saset.

“Pemberiannya kadang dicampur dengan air susu ibu dan kadang diselang-selingkan,” tambahnya.

Sementara itu, ibu Nadiva Almaira, Nurleli (33) mengatakan ia hanya mampu membeli susu tersebut secara eceran karena harganya yang mahal apalagi pekerjaan suaminya hanya serabutan.

“Kerjaan suami saya kadang jadi petani, kadang dagang kerupuk. Jadi kami hanya mampu membeli susu 20 saset, kalau uang terkumpul dibeli lagi,” katanya.

Ia mengatakan meskipun keluarga tersebut dalam kesulitan biaya namun ia menyatakan enggan mengurus surat keterangan miskin. (*/eds)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama