Terima Jasa Tabrak Mantan


Salah satu kreativitas awak truk. (IDN Time)

PADANG-Bak truk menjadi kanvas untuk melukiskan sesuatu. Ada kalimat, ada gambar. Bahasanya juga beragam. Ada yang serius, tak sedikit pula yang sekadar lucu-lucuan. Ada kalimat bombastis di bak truk. Bunyinya, "Terima jasa tabrak mantan." 


Siapa yang tak akan tertawa dengan kalimat itu. Ada-ada saja dan kreatifnya awak truk di Indonesia. Di Sumbar, para awak truk kreatif pula. Beragam kalimat terpampang di bagian belakang bak truk.

Di belakang bak truk, terpampang kalimat inspiratif, sekaligus menggelitik. Ada ungkapan kegembiraan, optimisme, hingga kegalauan dalam mengarungi perjalanan hidup. Ada pula yang berbahasa campuran lokal dengan asing. Ini contohnya, "Good bye kato urang lua."

Albert, sopir truk Padang-Jakarta menyebut, bahasa dan kalimat di bak truk cuma kreativitas, agar ada yang bisa diingat orang ketika melihat dan membacanya. "Cuma hiasan, kalau bermakna bagi orang lain, silahkan saja," kata dia pada liputankini.com.

Menurut Albert, ketika melukis bagian belakang truk, para awak biasanya memanfaatkan jasa tukang cat. Bisa pula dengan menggunakan jasa pelukis. "Yang jelas, ada awak truk yang berjiwa seni dan bisa mengerjakan sendiri," katanya.

Menurut Albert, jika bagian belakang truk terpasang, ada kepercayaan diri tersendiri bagi para sopir. "Yang jelas, kalimat di belakang bak truk tak ditujukan ke siapa-siapa. Itu seni," kata dia.

Banyak kalimat indah di belakang bak truk. Sebuah truk melintas di by pass Padang. Tulisan di belakangnya, "Impo bagalau'. Lalu, ada pula truk memiliki tulisan, "Kok tagageh, dulu lah." Ada pula truk yang bertuliskan, "Manang di gaya, kalah di nasib." Truk lain melintas dengan tulisan di belakangnya, "Yang penting gaya, Bro!"

Ada pula truk yang di belakangnya terdapat gambar selebritis terkenal. Entah itu penyanyi atau bintang sinetron. Tentu tak ada izin dari selebritis itu. Sejauh tak disalahgunakan, tentu tak masalah.

Beragam tulisan di bak truk akan dibaca banyak orang. Kemana arah roda berputar, di sana banyak pula orang yang membacanya. Tiap kata ada makna. Kreativitas awak truk patut diapresiasi.

Sopir truk lain yang mangkal di by pass Padang, Dedi menyebutkan, gambar dan kalimat di bak truk sebatas hiasan. "Para sopir juga berjiwa seni, daripada kosong saja, lebih baik bak truk itu dihias. Bisa jadi hiburan bagi orang lain," katanya.

Di laman-laman facebook, twitter dan media sosial lainnya, tak sedidit warganet yang membagikan foto tentang tulisan di belakang truk. 

Dosen Prodi Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya Universitas Indonesia Sunu Wasono, mengatakan, bak pengangkut barang pada truk ibarat sebuah kanvas yang bisa dilukis atau ditulisi apa saja, yang kemudian membuatnya menjadi ruang berekspresi. 

"Kalau bagi sopir truk mungkin itu cara yang paling efektif, karena (truk) dibawa ke mana-mana kan. Dengan begitu apa yang ia tulis itu bisa dibaca orang lain," kata Sunu yang dikutip Kompas.com, Senin (3/8/2020). 

Ia mengatakan, sopir truk dan kernetnya memiliki lingkup pergaulan sendiri dan bahasa pergaulan sendiri. Kata-kata atau gambar yang ada pada bak truk, menurut dia, sesuatu yang sifatnya relevan dengan keseharian mereka. 

Menurut Sunu, keberadaan tulisan- tulisan di bak truk bisa dipandang secara positif. Sunu mengatakan, ungkapan-ungkapan yang ada di bak truk itu juga bisa disamakan dengan kata-kata mutiara atau pepatah.  "Barangkali bermanfaat juga untuk orang lain. Menjadi refleksi atas sesuatu," kata Sunu. 

Meski, tentu saja, tidak semua tulisan di bak truk memiliki makna yang bisa dijadikan refleksi. Sunu mengatakan,  ada juga tulisan yang sifatnya bercanda. Tulisan maupun gambar yang ada di bak truk bisa juga dimaknai secara semiotika. Semiotika adalah ilmu tentang tanda. 

"Setiap gambar, setiap kata yang tertorehkan, kalau itu bermakna ya kita anggap itu berbicara semiotik. Jadi, sesuatu yang termaknai itulah tanda. Tanda itu mengacu pada sesuatu yang lain, jadi membawa pesan atau makna tersendiri bagi siapapun yang membaca atau melihatnya," kata Sunu. 

Ia menambahkan, pesan yang disampaikan melalui bak truk mencerminkan sikap dan pandangan tertentu, yang dinilainya sangat berarti di lingkup pergaulan sopir truk. Hal ini ditemukan juga, misalnya pada stiker-stiker unik di angkutan umum (angkot). 

Bisakah disebut karya seni? Sunu mengatakan, setiap kelompok atau komunitas di masyarakat memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan sesuatu. 

"Mungkin orang-orang seperti ini (sopir truk) tidak mungkin menulis dalam bentuk opini di koran, atau di Facebook, barangkali terlalu mewah buat mereka. Mereka lebih memilih cara-cara seperti itu. Singkat tapi kena," kata Sunu. 

Jika orang lain memilih mengungkapkan apa yang mereka rasakan melalui media lain, seperti Facebook, Twitter, atau bahkan melalui kolom opini di koran, maka sopir truk memilih menuangkan apa yang ia rasakan pada bak truknya. "Selain menyampaikan uneg-uneg, barangkali dia juga merasa berbagi kepada kelompoknya atau bahkan kepada publik, dan membuat orang lain tersenyum saat membacanya," kata Sunu.  

Menurut Sunu, tulisan di bak truk sejenis dengan graffiti yang biasa dijumpai di dinding-dinding kota. Namun, ia mengaku belum mengetahui apakah sudah ada istilah untuk menyebut tulisan atau lukisan pada bak truk. Oleh karena itu, menurut Sunu, untuk saat ini, yang paling tepat adalah menyebut bahwa bak truk merupakan ruang berekspresi. (*/zk)



Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama