Geger! Makam Dijadikan Tempat Hiburan Oleh Oknum yang Tidak Bertanggung Jawab




Indi Deraya Ajiba

(Mahasiswa Komunikasi Digital Media  Sekolah Vokasi IPB University)


Fenomena yang belakangan terjadi di makam Nia Kurnia Sari di Padang Pariaman, Sumatera Barat, patut menjadi perhatian. Tempat peristirahatan terakhir seorang korban kejahatan ini kini telah berubah menjadi lokasi ziarah massal, bahkan dijadikan latar untuk syuting video klip. Hal ini merupakan bentuk eksploitasi yang tidak pantas dan perlu dihentikan segera.

Seharusnya, makam adalah tempat yang sakral, yang harus dihormati dan dijaga kesuciannya. Namun, kenyataannya saat ini berbeda. Banyak orang berkunjung bukan hanya untuk mendoakan sang almarhumah, tetapi juga sekadar berfoto atau merekam video untuk kepentingan komersial. 

Puncaknya, seorang penyanyi lokal menggunakan makam Nia sebagai latar belakang video klip. Tindakan ini bukan hanya tidak etis, tetapi juga melukai perasaan keluarga yang masih berduka.

Dalam tradisi Islam, ziarah kubur dianjurkan sebagai pengingat akan kematian dan untuk mendoakan yang telah tiada. Namun, ketika makam dijadikan objek wisata dan hiburan, makna ziarah tersebut bergeser. Lebih jauh lagi, hal ini berisiko melanggar nilai-nilai agama, terutama jika ada praktik-praktik syirik, seperti meminta doa atau pertolongan dari makam. Ini bukan lagi bentuk penghormatan, melainkan penyimpangan yang perlu dicermati.

Selain aspek religius, perlu juga diperhatikan aspek kemanusiaan. Betapa sulitnya bagi keluarga korban yang harus menyaksikan makam orang yang mereka cintai dijadikan tontonan dan dieksploitasi untuk konten. Ini seolah menambah luka yang belum sembuh, mengubah tragedi menjadi sensasi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Kepekaan terhadap perasaan keluarga yang berduka seharusnya diutamakan dalam merespon situasi seperti ini.

Di era digital saat ini, segala sesuatu dapat dengan mudah viral dan menarik perhatian publik. Namun, tidak semua hal layak untuk dijadikan konsumsi umum, terutama jika berkaitan dengan tragedi dan penderitaan seseorang. Kesadaran serta tanggung jawab moral harus lebih diutamakan dibanding sekadar mencari sensasi atau popularitas. Sudah banyak contoh dimana tragedi kemanusiaan dijadikan konten tanpa mempertimbangkan dampak psikologis dan sosial yang ditimbulkan.

Fenomena ini juga menunjukkan bahwa masyarakat kita sering kali terjebak dalam euforia media sosial. Momen yang seharusnya menjadi refleksi malah berubah menjadi ajang pamer di platform digital. Penting untuk meningkatkan kesadaran akan etika dalam menggunakan media sosial agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Selain segi moral dan agama, kita juga harus mempertimbangkan aspek hukum. Mengambil gambar atau video di area pemakaman tanpa izin keluarga dapat dikategorikan sebagai pelanggaran privasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu turun tangan untuk menegakkan aturan yang lebih ketat demi melindungi hak-hak keluarga korban sehingga kejadian serupa tidak terulang.

Media juga memiliki peran penting dalam membentuk persepsi publik. Alih-alih terus-menerus menaikkan isu ini sebagai sesuatu yang sensasional, seharusnya mereka lebih fokus pada edukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga etika dan empati. Narasi yang berorientasi pada penghormatan terhadap korban akan menjadi langkah positif untuk mengubah pola pikir masyarakat.

Pemerintah daerah, tokoh agama, dan masyarakat harus bersinergi untuk menegaskan bahwa makam adalah tempat yang harus dihormati dan tidak dijadikan objek hiburan. Jika tidak, kejadian serupa bisa kembali terjadi dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan kita. Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menghormati tempat pemakaman juga harus ditingkatkan. Ada batasan yang perlu dipahami dalam berziarah dan menyikapi peristiwa tragis seperti ini.

Menghormati almarhumah seharusnya tidak ditunjukkan dengan berbondong-bondong datang untuk berfoto atau merekam video. Sebaliknya, penghormatan sejati terletak pada mengenang perjuangannya, mendoakannya, dan berjuang untuk memastikan keadilan bagi para korban kejahatan serupa. Jangan biarkan makam, yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan yang tenang, berubah menjadi panggung eksploitasi yang menyedihkan.

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat perlu lebih bijak dalam menyikapi peristiwa semacam ini. Penghormatan tidak hanya sekedar tindakan untuk menghargai yang telah tiada, tetapi juga mencerminkan moralitas dan etika kita sebagai bangsa yang beradab. Saatnya kita melakukan introspeksi, menghormati mereka yang telah pergi dengan cara yang tepat dan bermartabat. (*)

 


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama