Menjelajah Kampung Sungkai, Padang


Ayo ke Kampung Sungkai. Nikmati alamnya. Asri dan sejuk. Hal itulah yang dirasakan para petualang Penggiat Pariwisata Sumbar, terdiri dari Syafriawati, Siti Fatimah, Arlan (ASATI), Doni Mardan, Ikshan, Dishe, Edo, Pradhana, Yuniar, Lenggogeni, Reni, dan Revalzi. Tak hanya orang dewasa saja yang ikut petualangan tersebut, sang petualang cilik, Ilham juga turut serta.

Dengan penuh semangat rombongan Penggiat Pariwisata tersebut berkumpul di kawasan Pasar Baru. Cukup menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya rombongan sampai di lokasi Kampung Sungkai.

Wow, alamnya begitu indah dan masih ‘virgin’. Tapi sayang jalan menuju lokasi tersebut sempit dan terjal. Hanya cukup satu mobil. Jika hujan, jalannya becek dan licin. Bagi yang hobby berpetualang ke alam bebas, Kampung Sungkai bisa dijadikan sebagai referensi.

Alamnya ramah. Udaranya pun segar. Cocok menikmati keheningan dari hiruk-pikuknya perkotaan. Ada sawah dan perbukitan nan hijau.

Tiba di sana, kami terpana dan bersuka cita, karena bisa menghirup segarnya udara di kawasan itu.

Di ‘gerbang’ Kampung Sungkai, ada sebuah sungai yang dikenal sebagai Lubuak Baliuang. Di sana, terdapat ikan gariang, spesies ikan asli Sumatera Barat yang mulai langka. Di sungai ini, ikan itu hidup lestari, karena dijadikan lokasi ikan larangan. Menariknya, ikan ini bisa untuk terapi.

“Serunya!” teriak Doni geli saat ikan-ikan mencubit kakinya.

Arlan juga tidak mau ketinggalan. Bersama anak-anak setempat dan Siti Fatimah dia turun ke sungai, mencoba menangkap gariang yang berenang kian kemarin.

Setelah bergelut dengan ikan-ikan, perjalanan dilanjutkan ke Laurent Villa, milik seorang bule. Tempat itu banyak dikunjungi turis asing dari berbagai belahan negara di dunia.

Untuk menuju ke sana, kami para penggiat harus berjalan kaki selama 10 menit. Terobati melihat pemandangan yang begitu menakjubkan.

Tak puas hanya sampai villa, rombongan pun mendaki ke Bukik Koto Tinggi yang tampak memesona. Sepakat, rombongan memulai perjalanan naik ke atas bukit.

“Untuk sampai puncak bukit tersebut hanya membutuhkan waktu sejam,” ucap Edo.

Tapi sebelum memulai petualangan, Ikhsan membeli air mineral, persediaan jika haus dalam perjalanan. Maklum sepanjang perjalanan hanya menemukan tumbuhan khas perbukitan dan ilalang. Saran, bagi yang tak pernah mencoba petualangan mendaki, sebaiknya membawa tongkat.

Sang petualang cilik dengan sigap mengumpulkan kayu yang digunakan sebagai tongkat selama perjalanan.

Supaya petualangan tidak terlalu membosankan rombongan pun bernyanyi, “naik-naik ke Puncak Gunung”.

Kemiringan perbukitan tersebut bervariasi. Paling terjal 45 derajat. Para petualang tersebut mengabadikan perjalanan dalam bingkai lensa kamera. Spot pemotretan begitu indah.

Lelah mendaki terobati melihat indahnya pemandangan dari atas perbukitan dengan ketinggian 1.000 mdpl itu.

Padang tergambar jelas dari atas sana. Semakin mempesona tatkala senja mulai turun. Rona lembayung membuat mata semakin takjub akan karunia sang pencipta.

“Indahnya, anugerah sang illahi,” ucap Doni Mardan.

Kampung Sungkai

Kampung Sungkai yang berada di Kelurahan Lambung Bukik terletak sebelah Timur Kota Padang dengan jarak 15 kilometer dari pusat Kota Padang atau tiga kilometer dari Kampus Universitas Andalas (Unand).

Kampung Sungkai, sebuah kawasan adat di Kota Padang. Kampung Sungkai berada pada dua kelurahan, yaitu Kelurahan Lambuang Bukik dan Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh. Banyak warga Padang sendiri yang tidak mengetahui daerah itu.

Masyarakat Kampung Sungkai umumnya bekerja sebagai petani penggarap. Bertani menjadi pekerjaan yang banyak digandrungi masyarakat di sana. Sayang satu pesatu pemuda Sungkai harus meninggalkan kampuang halaman mereka untuk merantau ke luar mencari sumber kehidupan lain, karena mereka tak mampu memaksimalkan lahan pertanian yang ada. Padahal potensi alam yang ada sangat menjanjikan.

Kampuang Sungkai sendiri sampai saat ini masih belum teraliri listrik, meski berada di ibukota provinsi. Permasalahan lain yang ada di sana adalah dari segi pendidikan masyarakat yang digolongkan kepada masyarakat berpendidikan rendah. (*)






Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama