Kata PVMBG soal Petir di Gunung Salak Terkait Dentuman di Jakarta-Bogor

kilatan petir cantik di langit

mjnews.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, mengatakan sempat terjadi dentuman petir di sekitar pos pantau Gunung Salak saat terjadi dentuman di Bogor dan Jakarta pada Sabtu (11/4/2020) dini hari. Namun PVMBG menyebut suara petir itu tidak bisa dikaitkan dengan penyebab dentuman.

"Petugas pos pengamatan gunung api di sana seperti biasa memasukkan laporan umum keadaan cuaca sekitar pos. Dilaporkan cuaca cerah, tidak hujan namun mendengar suara dentuman petir, berarti dari sebelahan wilayah pos, karena kalau di dekat pos mungkin cuaca tidak cerah. Jadi tidak ada laporan spesifik itu dari Gunung Salak," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api dari (PVMBG) Kementerian ESDM, Hendra Gunawan saati dihubungi, Minggu (12/4/2020).

Hendra mengatakan suara petir belum bisa dijadikan sebagai sumber dentuman. Dia mengatakan pos pantau hanya melaporkan kejadian di lapangan.

"Ooo bukan (dari aktivitas Gunung Salak), pemberian info petugas pos Gunung Salak hanya laporan untuk keperluan keadaan sekitar pos saja, di wilayah jauh dari pos (apalagi ke Jakarta) sudah bukan kapasitasnya lagi memberi info keadaan di sana," jelas Hendra.

Hendra mengatakan tugas PVMBG hanyalah untuk memantau aktivitas gunung api. Dia menegaskan bahwa aktivitas Gunung Salak pada saat kejadian terpantau pada level normal.

"Ini ada info dari bidang keilmuan lain (karena PVMBG hanya dalam kapasitas bekerja untuk monitoring gunung api saja). Betul, karena aktivitas Gunung Salak level normal," ungkapnya.

Diketahui, dentuman yang terdengar oleh warga Jakarta hingga Kabupaten Bogor pada Sabtu (12/4/2020) dini hari belum kunjung diketahui sumbernya. Dentuman dini hari itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Dentuman itu terdengar dari Jakarta hingga Kabupaten Bogor pada Sabtu (12/4/2020) sekitar pukul 02.00 WIB hingga 03.00 WIB. Spekulasi berkembang, dentuman itu berkaitan dengan letusan Gunung Anak Krakatau. Namun spekulasi segera dibantah oleh lembaga yang menangani urusan gunung berapi.

"Saya sudah cek ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di dekat Pantai Carita, tidak terdengar bunyi letusan sejak kemarin malam. Karena memang letusannya relatif kecil (tinggi letusan 600-an meter dari muka air laut)," kata Kepala Bidang Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan, tak lama setelah dentuman-dentuman itu mereda.

Mbah Rono Yakin Suara Dentuman dari Anak Krakatau

Sementara itu, Ahli vulkanologi Surono meyakini suara dentuman dini hari tadi yang didengar oleh masyarakat di Lampung Selatan, Jakarta, hingga Depok berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Keyakinan tersebut didapatnya karena suara dentuman tersebut bersamaan dengan terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau.

Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini juga menegaskan keyakinannya itu tidak mau disebut membantah pernyataan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, yang menyatakan suara dentuman itu bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Menurutnya, masing-masing pihak memiliki dasar pemikirannya sendiri.

"Saya sebenarnya menjawab itu bukan untuk membantah atau berbeda dengan PVMBG. Saya, masing-masing kan punya ini sendiri, punya dasar alasan sendiri. Istilahnya bukan dari Krakatau, dari mana, sementara ini saya tidak punya data yang pasti," ujar Mbah Rono saat dihubungi, Sabtu (11/4/2020).

"Jadi yang pasti adalah orang mendengar dentuman bersamaan dengan letusan Gunung Anak Krakatau, yang bisa menghasilkan suatu dentuman 'dum' gitu, kan letusan gunung api, iya kan," sambungnya.

Mantan Kepala PVMBG ini juga mengatakan suara dentuman juga pernah terdengar ketika Gunung Anak Krakatau erupsi pada 26 Desember 2018 hingga 27 Desember 2018. Menurutnya, suara dentuman tersebut juga terdengar hingga Jakarta.

"Dan ini pernah terjadi waktu 26-27 Desember, dulu pernah suara dentuman itu didengar oleh masyarakat Jawa Barat, DKI, Lampung bagian selatan itu dan ini secara pasti dicatat oleh stasiun BMKG waktu itu. Jadi dentuman itu pernah terjadi dan didengar yang sama seperti sekarang ini dari letusan Gunung Anak Krakatau," katanya.

Mbah Rono mengatakan suara dentuman saat ini terdengar lebih nyaring karena masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah. Selain itu, aktivitas masyarakat dibatasi dengan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Artinya, suara bising yang biasa dihasilkan dari kendaraan bermotor dan aktivitas lainnya tidak ada sehingga suara dentuman lebih terdengar.

"Dan ingat, sekarang itu berbeda sekali waktu 26-27 Desember 2018. Saat sekarang ini kondisi sangat sepi, isolasi mandiri, apalagi Jakarta dengan PSBB-nya, tentunya tidak ada bising kendaraan dan sebagainya. Tentunya akan lebih peka mendengar itu," ujarnya.

Dengan dasar Gunung Anak Krakatau pernah mengeluarkan suara dentuman ketika erupsi pada Desember 2018 itulah Mbah Rono meyakini suara dentuman dini hari tadi juga dihasilkan dari erupsi Gunung Anak Krakatau. "Nah, itu tadi, kebetulan suara kedengaran bersamaan dengan ada letusan Anak Krakatau pernah melakukan yang sama. Saya mendakwa Anak Krakatau karena saya nggak punya data lain," ujarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memastikan dentuman itu bukan akibat gempa saat erupsi.

"Dentuman yang banyak didengar atau dirasakan oleh masyarakat sekitar Jakarta kami yakini juga bukan diakibatkan oleh aktivitas gempa tektonik dengan magnitudo 2,4," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono kepada wartawan, Sabtu (11/4/2020).

Rahmat menyebut gempa itu terjadi pada Jumat (10/4) pukul 22.59 WIB atau berdekatan dengan erupsi kedua Gunung Anak Krakatau. Pusat gempa berjarak kurang-lebih 70 km arah barat daya dari Gunung Anak Krakatau dengan kedalaman 13 km.

PVMBG: Tak Apa Berteori

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) angkat bicara soal keyakinan ahli vulkanologi Surono (Mbah Rono) bahwa suara dentuman di Lampung Selatan, Jakarta, hingga Depok berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. PVMBG mengungkapkan setiap orang bisa saja berteori soal asal suara dentuman itu.

"Sebetulnya setiap orang tidak apa berteori/berpendapat, hanya dari data dari petugas pos Anak Krakatau, masyarakat Lampung dan Banten serta LAPAN memang tidak mendengar/mendeteksi," kata Kepala Bidang Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan, Sabtu (11/4/2020) malam.

"Adapun masyarakat yang tinggal pada jarak 15 Km dari gunung mendengar tapi tidak terlalu besar pada pukul 23-an, tapi begitu pada jarak 40 dan 50-an Km suara tidak ada yang melaporkan. Disamping itu memang letusan yang diobservasi adalah letusan kecil (tipe strombolian)," imbuhnya.

Menurut Hendra, hendaknya teori itu didukung oleh data empiris. Agar dapat terjawab secara saintifik.

"Betul, beserta dengan keterangan pendukungnya masing-masing (ada atau tidak). Itu lebih bagus, ini sebagai contoh berdasarkan teori," ujar Hendra.

Hendra menegaskan bahwa laporan dari pos pantau Gunuk Anak Krakatau tidak ada laporan dentuman. Baik saat erupsi maupun Sabtu dini hari.

"Dari petugas pos Gunung Anak Krakatau, baik yang di Pasauran Pantai Carita maupun yang di Kalianda Lampung Selatan, tidak ada yang melaporkan suara dentuman pada saat erupsi malam maupun dini hari," imbuhnya seperti ditulis detik.com. (*)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama